Hiruk pikuk masa kampanye Pilpres usai sudah, pelaksanaan Pilpres 2014,9 Juni lalu dianggap oleh berbagai kalangan yg berkopeten terlaksana dengan aman terkendali tanpa gejolak yang berarti. Sebagai warga negara yg baik, patut juga mensyukuriakan hal tersebut. Sebagai warga Negara yang baik pula, patut juga mengucapkan “Selamat datang kepada dua pasangan Presiden/wapres yang berhasil menangdalam pilpres versi Quick count” yang hingga saat ini masih bisa kita lihat pengumumannya di berbagai stasiun televise.
Kita juga patut mengucapkan terimakasih kepada Lembaga Survey yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggung Jawab. Tugas Lembaga Suvey dalam Pilpres ini kemungkinan besarnya adalah melaksanakan point point yang tertera dalam kontrak, makanya Lembaga Surveypun akan bertanggung jawab kepada si pemberikontrak.
Hanya saja kita tidak tau secara rinci, apa apa yang ada dalam kontrak tersebut. Yang jelas, dengan hasil Quick count dari masing masing Lembaga Survey yang memenangkan capres tertentu (untuk tidak menyebut “capresnya”), harus difahami sebagaibentuk tanggung jawab Lembaga Survey kepada si pemberi kontrak. Ujungnya adalah, kita tidak tau lagi, Lembaga Survey mana yang betul-betul “independen” yang punya tanggung jawab kepada public. Dulu saya salut kepada Saiful Mujani melalui LSI-nya, tapi sejak kang saiful Qolu (berkata) “potong leher saya kalau Prabowo menang”, sejak itu pula saya menganggap kang Saiful sebagai orang yang telah kehilangan marwah intelektualnya. Artinya kang Saiful dengan beraninya telah menggadaikan nilai nilai intelektualnya (sebagai peneliti) hanya karena persoalan pemihakan dan ketidaksukaan terhadap capres tertentu.
Lantas bagaimana kita menyikapai hasil Quick Count dari Lembaga Survey dalam hal pilpres 2014 ini?, kalau saya sih tidak heran heran bingit, karena kita hidup di Republik Bhinneka…, yakni Negara yang penuh dengan perbedaan, makanya hasil Quick Count Lembaga Survey untuk Pilprespun ahirnya berbeda-beda sesuai dengan visi dan misinya masing.
Bagi masyarakat awam, memang terjadi kebingungan yang luar biasa. Banyak teman-teman dan handai tolan yang datang kerumah saya atau ketemu dengan saya, lantas bertanya “Siapa sebetulnya yang menang”. Sebelum saya jawab, saya tanya dulu 'anda dukung siapa', kalau dia jawab dukung Prabowo, maka saya jawab untuk saat ini "ya Prabowo" yang menang menurut Lembaga Survey yang bisa dilihat di TV-One. Tapi kalau saya tanya dia jawab bukan pendukung Prabowo, maka saya jawab, bukan "Prabowo" yang menang menurut Lembaga Survey yang ada di Metro-TV.
Hal diatas tentu tidak berlaku bagi pendukung fanatic atau Tim Sucses dari masing masing capres, kelompok ini tidak akan mengalami kebingungan. Sebab masih dengan pede dan penuh keyakinan, Capresnya yang menang, argumennya bisa bermacam-macam. Disamping Quick Count, ada juga salah satunya adalah hasil Real Count yang didasarkan atas dokumen yang ada seperti laporan para saksi atas perhitungan riil di TPS atau KPU.
Nah, untuk saat ini, sambil menunggu hasil rekapitulasi perhitungan Lembaga yang berwenang yakni KPU (bukan Lembaga Survey), saya mengucapkan “Selamat datang kepada dua Presiden/Wakil Presiden versi Quick Count di Repuplik Bhinneka….”. Nanti setelah perhitungan KPU, barulah akan ketahuan siapa Presiden/wakil Presiden yang sebenarnya, sebab yang pasti pemenangnya hanya 1 untuk menentukan orang nomor 1 di Indonesia.
Hidup Republik Bhinneka,,,,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H