Mohon tunggu...
Ilham Fava
Ilham Fava Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa dan seniman di surabaya

disini suara hati kalian akan tertulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskriminasi Membunuh Semangat Belajar

24 Oktober 2022   11:01 Diperbarui: 24 Oktober 2022   11:23 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diskriminasi membunuh semangat belajar 

24 oktober 2022 ditulis, sebuah realita yang terjadi dan belum diketahui kapan akan berakhir.

Minimnya toleransi yang dilakukan oleh pengajar,teman sebaya,bahkan keluarga bisa membunuh semangat seorang individu untuk mengembangkan potensinya. Berikut kisah yang dikutip dari penulis. Dan semoga bisa membuat perubahan dimasa mendatang walau hanya sejengkal langkah.

bangku pendidikan adalah tempat dimana kita menjalani suatu masa  untuk mendapatkan,memahami,dan mengembangkan ilmu. Masa disekolah bisa dikatakan waktu yang di tempuh sedini mungkin untuk mengembangkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh anak. Akan tetapi pernyataan tersebut belum bisa terealisasikan secara masif.

Menurut Arthur Combs belajar bukan hanya menghafal materi pembelajaran tetapi bagaimana mereka mencari cara belajar dan bisa lewat mana saja. Menurut Abraham maslow belajar merupakan proses individu mencapain kemampuan mengenali dirinya dan mencapai aktualisasi. Menurut Carl Rogers belajar hareus adanya sikap saling menghargai  antara guru dan murid  tanpa adanya suatu prasangka.

Disini bisa disimpulkan proses belajar adalah  proses dimana individu agar bisa mengenali dirinya,menemukan kemampuan dan potensinya sesuai dengan karakteristik individu tersebut selama bisa mendatangkan hasil yang baik bagi dirinya, baik dari segi akademis dan non akademis.

Namun tidak semua pengajar disekolah ataupun pengajar dirumah (orang tua) memahami hal tersebut. Dimana setiap individu terlahir dengan karakteristik yang berbeda dan unik disitulah banyak diskriminasi dan penolakan terlahir secara bersamaan. seseorang terlahir dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, justru didalam proses pembelajaran seharusnya bisa membantu individu dapat mengubah kekurangan menjadi suatu kelebihan dan  mengembangkan kelebihan menjadi suatu potensi untuk prestasi. dengan proses tersebut maka individu bisa menemukan dirinya sendiri.

Tapi banyak diskriminasi dan un-toleransi terlahir dari  orang terdekat. yang seharusnya orang terdekat bisa menjadi support sistem . Hal tersebut juga terjadi kepada penulis. Dimana guru disekolah tidak paham dan memandang latar belakang seseorang yang unik menjadi sesuatu yang tidak patut untuk ditoleransi. Kita pasti berbeda tetapi kita pasti sama-sama makhluk hidup yang butuh dihargai dan dihormati. Yang seharusnya don't judge book by the cover dan memandang prestasi yang diraih itu utama.

Sedikit cerita, pada suatu pemilihan lomba ketrampilan siswa-siswi se-jawa timur . Harusnya yang berprestasi dibidangnya masuk dalam tahap penyisihan tetapi tidak dipilih karena berbeda dari segi fisik dan perilaku. Bisa dibilang "feminisme" dan terjadinya "toxic masculinity" sehingga munculnya diskriminasi dari pihak guru yang membunuh semangat untuk mengembangkan potensi dan prestasi yang dimiliki. Dulu menjadi kesayangan guru sekarang bertanya pun diacuhkan.

Begitupun prestasi di bidang dancer,cheers,dan make up artis yang masih banyak orang memandang bidang tersebut identik dengan perempuan sehingga terjadinya "toxic masculinity" dan munculnya diskriminasi di sekolah bahkan lingkup keluarga.kurangnya kesadaran dan bimbingan yang harusnya dilakukan oleh guru malah menjadikan banyak orang kehilangan bahkan mengubur potensi itu dalam-dalam.

Disini penulis juga mewakili suara hati dari beberapa rekan yang mengalami diskriminasi disekolah dan kehilangan harapan untuk mengembangkan potensinya karena tidak adanya dukungan. Tapi juga banyak rekan yang akhirnya bisa mengembangkan potensinya diluar sekolah dan dengan caranya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun