Mohon tunggu...
Mochamad MiftahulUlum
Mochamad MiftahulUlum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia

Saya adalah orang yang sangat menyukai tantangan, maka itu saya sangat suka mencoba hal baru dalam hidup saya, saya memiliki kepribadian yang aktif bersosialisasi, kreatif, inofatif dan humble kepada setiap orang, dan saya sangat menyukai treveling, kulineran dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Penggelapan Dana Umroh Hingga Ratusan Juta Rupiah

26 November 2024   23:33 Diperbarui: 26 November 2024   23:49 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah terjadi kasus penggelapan dana umrah yang melibatkan seorang pria berinisial AP (35thn), dan kasus ini telah memakan dua korban berinisial VG (35thn) dan AI (30thn). Kejadian bermula ketika kedua korban ini berkenalan dengan AP melalui sebuah komunitas. Pelaku, yang mengaku sebagai seorang budak korporat, kemudian berinteraksi lebih intens dengan kedua korban hingga akhirnya membawa mereka untuk mendaftar paket umrah yang ia tawarkan di sosial media.

Kronologi Penggelapan Dana

Pada awalnya, VG dan AI pertama kali mengenal AP melalui sebuah komunitas. Dalam komunitas tersebut, AP dikenal sebagai seorang yang tampaknya memiliki kehidupan yang mapan. Pelaku, yang dikenal dengan sikap ramah dan percaya diri, mulai memikat korban dengan cerita-cerita tentang kehidupannya sebagai budak korporat. Dalam percakapan tersebut, AP tampak memiliki banyak pengalaman dan koneksi, sehingga korban merasa nyaman dan mempercayai pelaku. Kepercayaan diri AP dalam berinteraksi dan bercerita tentang kehidupannya, membuat VG dan AI merasa nyaman dan mulai dekat dengannya.

Suatu hari, AP membuat sebuah story di Instagram yang menawarkan paket umrah dengan harga yang cukup menarik. Mencermati penawaran tersebut, kedua korban ini akhirnya tertarik untuk mendaftar paket umroh tersebut. Penawaran tersebut terlihat sangat menggiurkan, apalagi karena AP sudah dikenal di dalam komunitas, dan ia seolah tampak dapat dipercaya.

Setelah mempertimbangkan dengan matang, VG dan AI memutuskan untuk mendaftar paket umrah yang ditawarkan oleh Pelaku. VG sendiri mendaftarkan paket tersebut untuk dua orang yaitu untuk ibu nya dan juga dirinya, sedangkan AI sendiri mendaftarkan untuk empat orang yaitu untuk dirinya dan tiga saudaranya . Mereka pun sepakat untuk membayar biaya pendaftaran umrah secara mencicil dari bulan September hingga Februari. Dengan rasa optimis, kedua korban ini menyelesaikan pembayaran mereka dan menunggu kepastian mengenai keberangkatan umrah. Setelah seluruh biaya pendaftaran lunas, VG dan AI mulai bertanya mengenai kepastian tanggal keberangkatan. AP pun menjawab bahwa keberangkatan akan dilakukan pada bulan Maret. Namun, ketika waktu keberangkatan semakin dekat, VG dan AI mulai merasa khawatir karena tidak ada kabar lebih lanjut dari AP. Keputusan mereka untuk menunggu ternyata tidak membawa hasil yang diharapkan, karena hingga menjelang akhir maret, pelaku tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai keberangkatan umrah tersebut.

Pencarian Pelaku

Merasa curiga, VG dan AI mulai berinisiatif untuk menghubungi pelaku lagi kembali. Namun, pesan-pesan yang mereka kirimkan tidak mendapat balasan. Ketidakpastian ini memaksa mereka untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai keberangkatan umrah yang dijanjikan. Mereka akhirnya menghubungi agen perjalanan yang sebelumnya disebutkan oleh AP, dan sangat mengejutkan ketika agen tersebut menyatakan bahwa tidak ada pendaftaran atas nama pelaku yang terdaftar.

Menyadari bahwa mereka telah tertipu, kedua korban kemudian mencoba menghubungi pelaku AP sekali lagi. Namun, kali ini mereka mendapati bahwa nomor kontak mereka telah diblokir oleh pelaku. Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa mereka telah menjadi korban penipuan. Tidak tinggal diam, VG dan AI memutuskan untuk mencari pelaku secara langsung dan mendatangi kediamannya.

(Sumber: Dokumentasi Korban)
(Sumber: Dokumentasi Korban)

Saat tiba di rumah pelaku, VG dan AI bertemu dengan orang tua AP yang sama sekali tidak mengetahui tentang tindakannya. Lebih buruk lagi, pihak keluarga pelaku tidak menunjukkan rasa penyesalan atau itikad baik untuk meminta maaf atas kejadian yang menimpa kedua korban. Hal ini tentu saja menambah kekecewaan korban, yang merasa telah dipermainkan oleh seseorang yang mereka percayai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun