Pandemi Covid-19 telah mengubah wajah dunia, hampir semua negara telah menerapkan kebijakan karantina. Stay at home menjadi sebuah kalimat keramat yang digunakan sebagai pencegahan penyebaran pandemi ini.Â
Kita lihat sendiri, bandara-bandara mulai ditutup, jalanan mulai sepi, usaha mulai terhenti, dan tentunya berimbas kepada tekanan-tekanan ekonomi yang mulai semakin terasa.
Tak pelak jika Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga menekankan bahwa pandemi ini bukanlah hal yang biasa, ini adalah kejadian yang extra ordinary. Terjadi bahkan mungkin hanya 100 tahun sekali. Sebagaimana yang kita rasakan sendiri, pandemi ini telah menyebarkan kepanikan pasar, nilai tukar yang tertekan.Â
Kita pun beranjak menjadi bingung, galau, bahkan ketidaktahuan untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga banyak orang menyimpulkan bahwa "krisis benar-benar menyita uang kita".
Fenomena ini juga tak kalah berpengaruh kepada iklim investasi yang semakin menurun. Dimana Penurunan IHSG masih berlanjut, IHSG ditutup melemah 151,94 poin atau 3,18% ke posisi 4.626,69 pada penutupan perdagangan Rabu, minggu lalu. Pergerakan pasar finansial selama beberapa bulan terakhir tmembuat investor resah memikirkan portofolio investasinya. Investor juga tentu kebingungan dalam mengambil keputusan ke mana harus menaruh dana investasinya.
Investor pun akhirnya memilih untuk berbondong-bondong melakukan panic reedeming, menarik semua portofolio dengan anggapan bahwa tindakan ini merupakan satu-satunya kunci menyelamatkan keuangan. Kemudian terjadilah fenomena cash is king di dalam masyarakat.
Tapi siapa sangka, tak banyak yang mengetahui bahwa "crisis is apparently the best time to make money". Bahwa sebenarnya investasi pada saat krisis merupakan waktu terbaik untuk menghasilkan uang.
Kok bisa?
Kita perlu tahu bahwa ada sebuah kenyataan yang berbeda antara pasar keuangan modal dan pasar sektor riil. Memang pasar sektor riil pasti berjibaku untuk menghadapi tekanan resesi yang tidak terelakkan. Tapi beda hal dengan pasar modal. Pasar modal adalah peserta demokrasi yang spontan, bengis, mandiri dan pragmatik.
Pokoknya Aman, Cuannya Nyaman, dan Likuid
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih investasi, terutama agar tetap cuan di tengah pandemi seperti ini. Pertama, pokoknya aman. Kedua, cuannya aman. Dan Ketiga, harus likuid (bisa cair atau bisa ditarik)