Mohon tunggu...
MOCH KAKA AKBAR ZEIN
MOCH KAKA AKBAR ZEIN Mohon Tunggu... Lainnya - Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh S1 Ekonomi Pembangunan pada Universitas Negeri Malang.

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh S1 Ekonomi Pembangunan pada Universitas Negeri Malang. Saya memiliki hobi fotografi, membaca, dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

IHSG dan Pasar Kripto Anjlok Bersamaan

10 Mei 2022   18:13 Diperbarui: 13 Mei 2022   09:52 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IHSG dan Pasar Kripto mengalami keanjlokan secara bersamaan pada senin 9 mei 2022, salah satu penyebab keanjlokan tersebut adalah The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menaikan suku bunga acuan sebesar 0,5%. Pada tahun ini The Fed menargetkan suku bunga dana federal di kisaran 0,75% hingga 1%.

Kebijakan ini merupakan pergerakan  yang paling agresif sejak 22 tahun terakhir. Kata Gubernur sentral AS Jerome Powell mengatakan pembuat kebijakan siap menyetujui kenaikan suku bunga 0,5% pada  pertemuan Juni dan Juli.

Ada beberapa alasan mengapa The Fed menaikan suku bunga acuan sebesar 0,5% hingga 1%. Upaya itu mermupakan langkah tapering dari The Fed untuk meredam laju inflasi di Amerika Serikat karena pandemi Covid-19.

Tapering merupakan kebijakan bank sentral dengan cara mengurangi pembelian aset, surat berharga atau obligasi. Kebijakan tersebut adalah kebalikan dari pelonggaran Quantitative Easing (QE).

Jadi karena ekonomi Amerika Serikat mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19, The Fed menerapkan kebijakan moneter Quantitative Easing dan mendorong laju perekonomian, namun diakhiri dengan tapering untuk menahan inflasi. Harapan The Fed dengan menerapkan kebijakan tapering ini adalah dollar akan menguat dan orang akan kembali meyimpan atau menambung uangnya di bank.

Akibat dari kebijakan tapering ini bagi Indonesia ialah melemahnya mata uang rupiah yang nantinya akan berakibat pada meningkatnya beban utang pemerintah yang dalam bentuk mata uang asing, hal ini meyebabkan semakin berkurang dan kemampuan membayar impor kita juga semakin melemah. Meskipun dampak kebijakan ini diperkirakan tidak sebesar 8 tahun yang lalu otoritas keuangan Indonesia harus menanggapi kebijakan The Fed ini dengan serius.

Menurut saya upaya yang harus dilakukan oleh otoritas keuangan Indonesia yaitu menjaga aliran modal asing untuk tetap masuk dan tetap kondusif dengan menjaga perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri. Kebijakan triple intervention atau intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) sebagai upaya stabilitas nilai tukar rupiah juga bisa sebagai opsi kebijakan yang diterapkan Bank Indonesia dalam menghadapi tapering The Fed tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun