Mohon tunggu...
MOCH ILHAM
MOCH ILHAM Mohon Tunggu... Penulis - Awardee Beasiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama, Alumni Pondok Al-Islam Kapas, Al-Hadi Krapyak, dan Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Berwiraswasta dan Aktif mengajar di YPP. Miftahul Huda Kedungombo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bantu Palestina : Menjawab Narasi "Boikot Israel kok Nanggung, Boikot Sosial Media juga dong"

3 November 2023   23:00 Diperbarui: 16 November 2023   20:02 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Boikot Produk & Perusahaan yang mendukung pendudukan Israel dan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina.

Bantuan apa yang sudah kita berikan kepada saudara kita di Palestina selain hanya do'a? Jika defisit finansial merupakan satu kendala bagi kita untuk membantu saudara kita di Palestina, kita bisa gencarkan gerakan boikot ini. Dengan tidak membeli produk dari perusahaan yang secara langsung mendukung genosida Israel di Palestina, kita sudah turut andil dalam upaya menghentikan penjajahan Israel dan memberikan kesempatan kepada Palestina untuk merdeka.

Namun diakui atau tidak, masih banyak sekali orang yang mempertanyakan sekaligus menggaungkan kontra narasi terhadap gerakan boikot ini, salah satu indikasinya adalah maraknya beredar narasi: "Boikot kok nanggung, media sosial seperti WA, FB, dan Instagram juga diboikot sekalian dong, kan produknya Amerika, Amerika dukung Israel lho".

Jika kita menemukan narasi sebagaimana di atas, maka kita perlu memberikan pemahaman terhadap mereka bahwa yang perlu kita boikot hanyalah produk & perusahaan yang secara langsung melakukan support investasi dan pendanaan terhadap pendudukan Israel dan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina, bukan produk yang sama sekali tidak terlibat dalam genosida yang digencarkan Israel di Palestina

Dari negara manapun produknya, dari negara manapun basis media sosial, selama itu bisa menjadi media untuk menyuarakan kebenaran, selama media tersebut tidak melarang kita untuk menyatakan dukungan kepada Palestina, kenapa harus diboikot? Bukannya kita bisa menggunakan media tersebut sebagai senjata digital bagi kita untuk melakukan perlawanan? Malah justru yang berbahaya ketika kita mulai meninggalkan sosial media adalah terjadinya ketimpangan informasi, mereka akan sepenuhnya memonopoli narasi tentang Israel di sosial media, dan kita akan tahu siapa yang akhirnya memenangkan perang digital ini.

Jika sosial media diboikot, bukannya sebagian besar dana yang digunakan oleh warga negara dunia untuk membantu warga sipil Gaza merupakan hasil nyata dari aksi penggalangan donasi lewat sosmed? lebih jauh lagi, tanpa melalui sosial media, TV, dan saluran digital lain, sangat mungkin sekali sampai detik ini anda tidak akan tahu bahwa ternyata sudah lebih dari 11,500 nyawa saudara kita melayang imbas dari genosida yang dilakukan oleh Israel di Palestina.

Adanya sosial media adalah bukti dari kemajuan teknologi, dan kemajuan teknologi yang ada saat ini terbentuk melalui sejarah panjang, merupakan sumbangsih pemikiran dari banyak intelektual dunia dengan berbagai latar belakang bangsa, agama, ras, suku, dan budaya yang berbeda-beda. 

Al-Khawarizmi adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang mempunyai kontribusi besar dalam hal kemajuan peradaban dunia khususnya di bidang teknologi & astronomi. Algoritma yang saat ini merupakan unsur penting dalam dunia komputasi digital merupakan salah satu penemuan Al-Khawarizmi di bidang teknologi matematika. Tanpanya, mungkin saat ini kita tak akan mendapati komputer cerdas, dan tanpanya, sudah barang tentu tidak akan ada sosial media.

Penulis sadar betul, banyak orang yang enggan mengikuti gerakan boikot ini karena takut terjadi divestasi perusahaan-perusahaan tersebut di Indonesia yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak pengangguran di negara kita, jika itu alasannya, maka perlu kiranya kita merenung sejenak dan kemudian bertanya pada hati kecil kita:

"Masih pantaskah kita sibuk berebut dunia, mengedepankan ego semata, di saat nyawa saudara-saudara kita menjadi taruhannya? bukankah Tuhan maha kaya? bukankah rizki seorang hamba mutlak menjadi ketentuan-Nya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun