Mohon tunggu...
Moch Ibrahim Saddam
Moch Ibrahim Saddam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo nama saya moch. ibrahim saddam saya adalah seorang mahasiswa tingakat 3 jurusan Ilmu komunikasi di salah satu universitas swasta di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Eksplorasi Kota Jakarta Guna Trasportasi Umum

7 Januari 2025   21:43 Diperbarui: 7 Januari 2025   21:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Jakarta, ibu kota Indonesia yang dikenal dengan hiruk-pikuknya, adalah kota yang penuh warna dengan keanekaragaman budaya, aktivitas, dan suasana yang menggambarkan kehidupan modern serta tradisional secara bersamaan. Dalam sehari, kota ini bisa berubah menjadi mesin sibuk yang tak pernah tidur, di mana orang-orang bergegas untuk mengejar tujuan mereka, mulai dari pekerja kantoran yang terburu-buru hingga pedagang kaki lima yang sabar melayani pelanggannya. Bagi seorang pengunjung, menggunakan transportasi umum adalah cara terbaik untuk merasakan kehidupan sehari-hari di Jakarta dan melihat langsung bagaimana orang-orang berinteraksi serta menjalani aktivitas mereka. Dengan berbagai transportasi yang tersedia, seperti bus TransJakarta, KRL , MRT, hingga angkot dan bajaj, perjalanan di Jakarta bisa menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan, penuh kejutan dan pengalaman baru di setiap tempat pemberhentiannya.

Pagi itu, saya memulai perjalanan dari Stasiun Bekasi menuju stasiun Manggarai untuk bertemu dengan teman saya di stasiun terlebih dahulu. Saat saya tiba, langit masih menunjukkan warna cerah pagi. Hiruk-pikuk aktivitas pagi sudah terasa. Penjual sarapan seperti nasi uduk dan gorengan berjejer di sekitar pintu masuk, saya memutuskan untuk membeli segelas kopi susu dan sepotong pisang goreng sebagai bekal pagi, untungnya Waktu itu kereta yang saya naiki tidak begitu padat jadi saya lebih bisa menikmati suasana di kereta.Sesampai di stasiun manggarai saya langsung bertemu dengan teman-teman. Selanjutnya saya melanjutkan untuk naik kereta lagi menuju Stasiun Juanda di Jakarta Pusat. Tujuan pertama saya adalah Monumen Nasional (Monas), sebuah landmark ikonik yang menjadi kebanggaan Indonesia. Lokasinya hanya berjarak beberapa menit berjalan kaki dari Stasiun Juanda, sehingga saya memutuskan untuk menempuhnya dengan berjalan kaki. Trotoar di sepanjang jalan menuju Monas telah mengalami banyak perbaikan dalam beberapa tahun terakhir. Kini, trotoar tersebut dihiasi dengan pepohonan rindang yang memberikan naungan, sehingga perjalanan terasa lebih nyaman meskipun udara Jakarta mulai memanas. Saya melewati banyak pedagang kaki lima yang menawarkan dagangan seperti es kelapa muda, minuman dingin, hingga makanan ringan. Kehadiran mereka menambah warna tersendiri pada suasana pagi itu.Ketika tiba di kawasan Monas, saya langsung disambut oleh lapangan hijau yang sangat luas, dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang menciptakan kesan sejuk dan asri. Di tengah lapangan tersebut, Monas berdiri dengan gagah, menjulang tinggi dengan puncak emasnya yang berkilauan di bawah sinar matahari. Monumen ini benar-benar mencerminkan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Di sekitar area, banyak pengunjung terlihat berjalan santai, berfoto, atau duduk-duduk menikmati suasana. Sebagian besar pengunjung adalah wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada juga yang berasal dari luar negeri. Mereka sibuk mengabadikan momen dengan latar belakang Monas yang megah, lengkap dengan senyuman bangga di wajah mereka. Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

Setelah puas menjelajahi area Monas dan menikmati suasana, saya melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, yaitu kawasan Kota Tua. Kali ini, saya memilih menggunakan transportasi umum andalan warga Jakarta, TransJakarta. Moda Transportasi ini terkenal dengan efisiensi dan kenyamanannya, selain juga memiliki rute yang mencakup hampir seluruh penjuru kota. Dengan harga tiket yang sangat terjangkau, saya merasa beruntung bisa merasakan pengalaman berkendara yang nyaman dan modern. Dari Halte Monas, saya naik bus menuju Halte Kota. Perjalanan berlangsung cukup lancar, meskipun jalan-jalan utama Jakarta mulai dipadati kendaraan. Dalam perjalanan, saya melewati berbagai tempat menarik yang mencerminkan kehidupan Jakarta yang penuh dinamika. Di sepanjang jalan, Bundaran Hotel Indonesia (Bundaran HI) menjadi salah satu pemandangan yang menarik perhatian. Air mancur yang menari di tengah bundaran, dikelilingi gedung-gedung pencakar langit, menciptakan kontras yang indah antara modernitas dan keindahan seni tata kota. Ketika bus melaju lebih jauh, saya mulai memasuki kawasan Glodok, yang dikenal sebagai Pecinan Jakarta. Pemandangan di sini berubah drastis; gedung-gedung modern berganti menjadi deretan ruko-ruko dengan arsitektur klasik khas Tionghoa. Kehidupan yang ramai di jalan-jalan kecil Glodok menunjukkan sisi lain dari Jakarta, yaitu keberagaman budaya dan tradisi yang hidup berdampingan. Akhirnya, bus tiba di Halte Kota. Saya turun dan langsung disambut oleh suasana bersejarah yang begitu kental di kawasan Kota Tua. Di sini, bangunan-bangunan tua bergaya kolonial berdiri megah meskipun usianya sudah ratusan tahun. Aroma kopi dari kafe-kafe yang berada di sekitar menambah daya tarik kawasan ini. Kota Tua benar-benar menggambarkan Jakarta sebagai kota dengan sejarah yang kaya dan daya tarik budaya yang tak pernah lekang oleh waktu.

Tiba di Kota Tua, saya langsung disambut oleh suasana nostalgia. Gedung-gedung tua bergaya kolonial berdiri kokoh, mengingatkan pengunjung pada masa kolonial. Pedagang kaki lima menjajakan aneka makanan tradisional seperti kerak telor dan es selendang mayang, menggoda selera di tengah panasnya hari. Di Fatahillah Square, saya duduk sejenak di bangku taman, menikmati pertunjukan seni jalanan yang ada di sana kala itu.

Setelah puas menjelajahi Kota Tua, perjalanan saya berlanjut ke Tanah Abang, mengantar teman saya untuk membeli barang di sana. Tanah Abang dikenal sebagai pusat grosir terbesar di Asia Tenggara. Kali ini, saya menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik).  Saya naik di Stasiun Jakarta Kota. Di peron, suasana terasa sibuk dan cukup banyak penumpang. Meskipun penumpang cukup banyak, suasana tetap tertib. Saya beruntung mendapatkan tempat duduk dekat jendela, yang memungkinkan saya menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Di dalam kereta, suasananya cenderung tenang, dengan sebagian penumpang sibuk dengan ponsel mereka atau berbincang pelan dengan teman di sebelahnya.

Perjalanan menuju Tanah Abang membawa saya melewati berbagai kawasan di Jakarta yang mencerminkan keragaman kota ini. Dari gedung-gedung tinggi di pusat kota hingga kawasan permukiman padat yang penuh dengan aktivitas warga, semuanya terlihat dari balik jendela kereta. Setelah beberapa saat, saya tiba di Stasiun Tanah Abang. Suasana ramai langsung menyambut saya begitu keluar dari kereta, dengan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai barang dagangan di sepanjang jalan menuju pasar. Tanah Abang benar-benar surga bagi pemburu kain dan pakaian dengan harga terjangkau. Lorong-lorong di dalam pasar dipenuhi dengan kios yang memajang berbagai jenis kain, pakaian, dan aksesoris. Pedagang yang ramah dengan suara semangat menawarkan dagangan mereka kepada pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Suara tawar-menawar terdengar di setiap sudut, menciptakan atmosfer khas pasar tradisional yang penuh kehidupan.

Siang berganti sore, dan saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kawasan Blok M, tempat yang populer untuk bersantai dan menikmati kuliner. Kali ini, saya memilih MRT Jakarta sebagai moda transportasi. Stasiun MRT di Jakarta memiliki desain yang modern dan bersih.  Saya naik dari Stasiun Dukuh Atas, menuju Blok M. Perjalanan terasa singkat, tetapi sangat nyaman. Di dalam kereta, suasana cukup tenang, dengan penumpang yang duduk rapi di kursi atau berdiri di area yang telah disediakan. Melalui jendela kereta, saya menikmati pemandangan kota Jakarta yang terus berubah, dari gedung-gedung tinggi hingga kawasan permukiman yang padat. Menurut saya pribadi MRT ini trasportasi yang paling nyaman untuk di naiki karna lebih modern yang mempunyai stasiun di bawah tanah itu salah satu keunikan dari moda trasportasi ini. Setibanya di Blok M, saya langsung disambut oleh suasana yang berbeda. Kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri dengan kombinasi antara pusat perbelanjaan modern dan tempat-tempat makan yang khas. Salah satu area yang menarik perhatian saya adalah Little Tokyo, sebuah kawasan kecil di Blok M yang menawarkan suasana Jepang. Restoran ramen, sushi bar, dan toko-toko kecil yang menjual pernak-pernik khas Jepang berjejer di sepanjang jalan. Saya memutuskan untuk makan malam di sebuah kedai ramen disana. Dengan desain interior yang sederhana namun hangat, kedai ini memberikan pengalaman kuliner yang autentik. Semangkuk ramen panas dengan kuah kental yang lezat menjadi santapan yang sempurna untuk mengakhiri hari yang sibuk.

Sebelum kembali ke Penginapan, saya dan teman-teman ingin merasakan suasana malam Jakarta, kami memutuskan untuk menuju kawasan SCBD (Sudirman Central Business District). Perjalanan malam itu memberikan kesan yang berbeda dari siang hari. Jalan-jalan protokol Jakarta terlihat lebih tenang, meskipun masih dipenuhi oleh kendaraan yang melintas. Lampu-lampu neon dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi menciptakan pemandangan yang memukau. Sesampainya di SCBD, saya memutuskan untuk nongkrong di sebuah kedai kopi yang terletak di salah satu sudut kawasan. Kedai ini memiliki suasana yang santai dengan desain modern minimalis, dihiasi lampu-lampu temaram yang menciptakan atmosfer hangat. Dari tempat duduk saya di teras luar, saya bisa melihat jalan protokol Sudirman yang tetap ramai dengan kendaraan meski malam semakin larut. Lampu-lampu kendaraan yang berwarna-warni bergerak seperti aliran sungai, sementara gedung-gedung tinggi di sekitar SCBD berdiri megah dengan lampu-lampu neon yang menerangi langit malam Jakarta. Di sekitar saya, banyak orang lainnya yang juga menikmati suasana malam. Beberapa tengah asyik berbincang dengan teman-teman, sementara yang lain sibuk dengan laptop atau ponsel mereka. Saya memesan secangkir kopi, Sambil menyeruput kopi, saya dan temen-teman berbincang santai dan menikmati suasana malam di SCBD---perpaduan antara hiruk-pikuk kota yang tetap aktif dan momen santai yang bisa ditemukan di tempat-tempat seperti ini. Suasana seperti ini membuat saya betah berlama-lama. Saya merasa SCBD di malam hari adalah tempat yang tepat untuk melarikan diri sejenak dari kesibukan sehari-hari, tanpa benar-benar meninggalkan denyut kehidupan kota. Lampu-lampu yang bersinar di sekitar memberikan energi, tetapi suasana nongkrong di kedai kopi memberikan kesempatan untuk menikmati ketenangan di tengah gemerlap Jakarta.

Hari itu berakhir dengan penuh kepuasan. Keliling Jakarta menggunakan transportasi umum tidak hanya efisien, tetapi juga memberikan kesempatan untuk merasakan kehidupan sehari-hari di ibu kota dari berbagai perspektif. Dari hiruk-pikuk pasar tradisional yang ramai hingga gemerlap malam di kawasan modern, perjalanan ini membuktikan bahwa Jakarta memiliki pesona yang tak pernah habis untuk dieksplorasi. Transportasi umum menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai sisi kota, membawa saya melewati waktu, budaya, dan pengalaman yang beragam. Ini adalah perjalanan yang tak hanya mengesankan, tetapi juga meninggalkan kenangan yang akan terus saya ingat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun