Di tahun 2023, Universitas Internasional Semen Indonesia mulai menjalankan program KKN setelah sekian lama hanya terlaksana secara daring maupun hybrid. Hal ini tak lain karena dampak dari wabah virus COVID-19 yang mulai tersebar di Indonesia sejak tahun 2020. Dengan semangat baru, UISI memberikan tiga fokusan yang akan dibawakan oleh seluruh peserta KKN Genap UISI 2023 yakni GO LESTARI, GO HARMONI, dan GO UMKM.Â
Kami dari kelompok 15 dengan Dosen Pembimbing Lapangan Bu Grandys Frieska Parasida, Ph.D. menemukan satu permasalahan di Desa Pegundan yang sedikit kesulitan mengelola sampah hasil masyarakat karena lokasi yang aksesnya cukup jauh sehingga mengharuskan Desa Pegundan untuk mengolah sampahnya sendiri.Â
Sebelumnya Desa Pegundan telah menerapkan beberapa prosedur pengolahan sampah yang mana sampah anorganik dikumpulkan di satu lokasi untuk selanjutnya dipilah. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual seperti botol plastik akan dicacah menggunakan mesin pencacah sampah berbahan bakar solar untuk selanjutnya dijual. Sedangkan sisanya akan dibakar secara berkala setiap harinya. Sampah organik-lah yang menjadi permasalahan utama karena sulit ditemukan solusi pembuangannya selain hanya dimanfaatkan sebagai pupuk.
Saat COVID-19 menyerang, perangkat desa telah mencoba mengelola sampah organik dengan memanfaatkan budidaya maggot. Namun, karena kesulitan dana dan kondisi masyarakat yang tidak memungkinkan, metode pengelolaan sampah organik dengan maggot dihentikan. Kami dari KKN 15 UISI mencoba untuk membuat gagasan konsep ‘MAGGOT FARM’ dengan harapan supaya pemanfaatan maggot untuk penguraian sampah organik dapat diterapkan di setiap rumah warga.Â
Desain yang cukup sederhana, murah, dan efisien telah coba dibuat oleh tim kami dengan proses perwujudan desain kandang dan biopondnya kurang lebih satu minggu. Dengan pengalaman dan ilmu yang diberikan oleh Bapak Sekertaris Desa, kami berdiskusi terkait pembudidayaan maggot ini supaya budidayanya dapat dimulai kembali setelah vakum karena corona. Kami pun mencari bibit maggot seperti telur, larva, dan prepupa sampai ke Driyorejo untuk selanjutnya dapat dikembangbiakkan pada kandang dan biopond buatan kelompok 15.
 Â
Selama tiga minggu, kami melaksanakan KKN dengan berbagai macam kegiatan dan program kerja sekaligus memantau setiap hari perkembangan ‘MAGGOT FARM’. Kami memanfaatkan sampah hasil olahan dapur, makanan sisa, buah dan sayur busuk, serta jajanan sisa dari warga RT 01 Desa Pegundan dan sampah kami sendiri untuk menelaah efektivitas penggunaan maggot dalam penguraian sampah organik.ÂSeiring bertambahnya hari, banyak maggot yang tumbuh gemuk hingga berwarna kecoklatan menandakan maggot akan segera berubah menjadi pupa (kepompong) untuk selanjutnya akan menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF). Lalat ini berukuran lebih besar daripada lalat pada umumnya dengan warna hitam legam dengan kebutuhan nutrisi hanya dari minum air dan pencahayaan saja. Lalat BSF akan menghasilkan telur, sehingga diharapkan budidaya maggot ini dapat terjaga siklusnya supaya warga tidak perlu membeli bibit maggot ke luar daerah Pegundan lagi.
Pemanfaatan budidaya maggot untuk menguraikan sampah organik terbukti sangat berguna. Sisa sampah organik warga dapat diolah oleh maggot hingga menjadi kasgot yang merupakan pupuk alami hasil pencernaan maggot. Di sisi lain, larva maggot dapat dijadikan pakan ternak yang menurut riset mengandung protein sangat tinggi. Kandungan ini akan membuat hewan ternak lebih berkualitas untuk menaikkan nilai jual. Ketika kami coba berikan kepada ayam di lingkungan sekitar, mereka memakannya dengan sangat lahap menandakan bahwa maggot sangat disukai oleh hewan ternak. Jika ingin digunakan sebagai pakan ternak perikanan maka maggot dapat diolah terlebih dahulu menjadi campuran tepung maggot, dry maggot, maupun pelet.
Memang akhir-akhir ini maggot menjadi trend yang banyak dicari oleh masyarakat. Selain untuk mengurangi sampah, budidaya maggot juga memberikan peluang usaha yang cukup besar. Baru-baru ini usaha peternakan dan perikanan banyak membutuhkan maggot karena dianggap sangat baik dalam kualitas produk ternak yang lebih sehat dan gemuk.Â
Selain larva, maggot dapat dimanfaatkan secara optimal di seluruh siklusnya. Telur, Prepupa, Pupa (Kepompong), dan lalatnya dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha budidaya maggot. Karena itulah, kami berharap warga Pegundan dapat memulai pemanfaatan ‘MAGGOT FARM’ ini lebih baik dan lebih besar lagi untuk dapat menjawab permasalahan sampah organik. Jika anda tertarik dengan kegiatan-kegiatan kami selama KKN di Desa Pegundan, silahkan berkunjung di instagram @kkn15_desapegundan dan tiktok @kkn15desapegundan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H