Mohon tunggu...
Cahya Sinda
Cahya Sinda Mohon Tunggu... -

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lakukan "Kenikmatan Sesaat"

11 November 2018   15:05 Diperbarui: 11 November 2018   15:35 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persoalan yang tidak pernah habis untuk dibicarakan adalah tentang kehidupan. Semakin dunia ini berkembang, tentunya masalah yang muncul akan semakin bertumpuk-tumpuk dan orang-orang semakin kelabakan untuk menghadapinya. Sekalipun telah ditemukan solusinya, biasanya juga akan menimbulkan masalah yang lain lagi.

Misalnya, permasalahan umum di Indonesia saja, yaitu budaya jam karet. Budaya datang terlambat ini tentu sangat menjengkelkan, sehingga banyak solusi bermunculan untuk mengatasinya. Seperti dengan menggunakan trasportasi umum atau kendaraan pribadi.  Kemudian masalah satu selesai. Tapi masalah lain muncul. Polusi, uang untuk transportasi, beli motor tapi belum bisa bawa motor, atau punya motor tapi ingin beli mobil. Belum lagi hal lain yang lebih menjengkelkan, yaitu terjadi kemacetan. Disebabkan karena semua orang mengunakan alat transportasi agar tidak terlambat. Jadi kenyataanya yang didapat adalah menghapus budaya datang terlambat tapi solusinya menyebabkan kemacetan yang akhirnya juga menyebabkan keterlambatan. Benar-benar permasalahan yang rumit. Terus-menerus ada.

Dari kekacauan tentang budaya datang terlambat sudah mewakili permasalahan-permasalahan rumit yang dialami oleh semua orang. Permasalahan-permasalahan yang terjadi akan menimbulkan rasa gelisah pada diri seseorang. Sehingga orang-orang akan berbondong-bondong mencari penghidupan yang layak selayak-layaknya, menggapai status yang tinggi setinggi-tingginya agar sejahtera kehidupannya di dunia ini.

Pilihan untuk mencapai keinginan itu adalah berjuang dan berusaha sekeras-kerasnya untuk masa depan yang cerah. Apalagi orang-orang yang memiliki ambisi tinggi, mereka manusia tapi seperti robot. Bekerja keras seperti tidak mengenal lelah. Mereka percaya pada kata-kata yang entah siapa penyusunnya sehingga menghipnotis manusia-manusia tidak berdosa ini bekerja seperti robot, "hasil tidak akan membohogi usaha". Seperti itulah kalimat yang dipandang agung oleh sebagian orang, atau lebih banyak lagi orang yang mempercayainya.

Pandangan ini menjamur dan virus dari kalimat yang mengagungkan usaha itu disebarkan kepada generasi-generasi labil, anak-anak sekolahan, SD, SMP, SMA. Bahkan dibangku kuliah virus ini masih disebarkan, virus yang perlahan merubah manusia menjadi robot pekerja.

"Kalian jangan hanya mengejar kenikmatan sesaat! Persiapkan masa depan kalian mulai dari sekarang. Jangan sia-siakan waktu untuk hal yang tidak perlu agar masa depan kalian tertata dan nanti kalian tinggal menikmatinya saja."

Sebuah ucapan yang barang sekali atau dua atau bahkan berkali-kali terdengar. Siapa yang mengucapkanya dan di mana saja ucapan itu terdengar sudah melekat akrab. Ucapan yang melarang orang untuk memperoleh kenikmatan, yang memaksa orang menata masa depan sedangkan hari esok hendak melakukan apa juga belum terfikirkan. Ucapan itu menilai bahwa hal lain selain bekerja dan berusaha adalah hal yang sia-sia. Sebenarnya ucapan itu adalah doktrin yang sangat keras. Bila anak-anak dan remaja telah terdoktrin dengan ucapan ini, bagaimana kehidupannya sebagai insan yang bernurani. Mereka menjadi robot lebih awal demi imbalan masa depan yang cerah. Sangat tragis.

Gali lebih dalam. Manusia berdasarkan usia paling mudah dibagi menjadi tiga jenis. Anak-anak, remaja, dan dewasa. Selebihnya adalah mati, dan mati bisa datang pada ketiga jenis itu. Lupakan mati, sekarang lihat pada jenis-jenis ini. Anak-anak lazimnya mendapatkan kasih sayang. Mereka perlu belajar, tapi juga perlu bermain. Batas anak-anak adalah sampai mereka SMP, apakah mereka patas menjadi robot? Tentu mereka lebih patas menjadi yang memainkan robot-robotan. Masa mereka adalah mengenal satu sama lain dan menikmati kenikmatan sesaat dengan bermain. Bukan untuk berjuang mati-matian belajar dan takut pulang karena nilai tidak mendapat seratus. Tidak ada anak yang bodoh, semua memiliki kelebihan pada bidang yang berbeda-beda. Jangan paksa anak mendapatkan nilai tertinggi pada matematika bila sang anak kurang di sana. Beri perhatian kepada kempuan anak yang lebih menonjol.

Remaja adalah manusia yang tetap harus belajar, namun juga memiliki rasa kengintahuan akan hal baru yang sangat tinggi. Bagaimana mungkin mengkebiri keinginan mereka. Manusia yang meninggalkan keremajaannya adalah manusia yang sangat merugi. Kenikmatan sesaat yang ditinggalkan mungkin tidak akan pernah datang di masa depan. Kenapa? Karena zaman ini akan terus berkembang dan di masa depan bukan lagi masa remaja. Lagi pula melihat sekumpulan Emak-emak dan Bapak-bapak bergerombol kemudian pergi traveling, membayangkan saja itu tidak nyaman. Bagaimana dengan istri, suami dan anak mereka, tagihan listrik, atap bocor. Tidak lazim.

Kenikmatan sesaat untuk remaja lebih baik dilakukan sekarang juga. Keinginan untuk pergi ke tempat-tempat wisata, keinginan mengunjungi tempat-tempat kuliner. Kenikmatan yang ada dalam menjalin hubungan bersama teman, sahabat, dan kekasih, lakukan sekarang juga. Di masa depan tidak ada hasrat untuk hal-hal seperti itu.  Jangan terperangkap pada doktrin masa depan yang bahkan masih buram. Penyesalan akan datang di akhir. Di masa depan yang akan ditemui tetaplah permasalahan-permasalahan sama seperti saat ini. Lantas kapan bagian kenikmatannya?

Dewasa adalah bagian terberat dalam kehidupan. Anehnya bayak remaja yang justru ingin dianggap sudah dewasa. Dewasa artinya adalah segudang tanggung jawab. Dalam kehidupan orang dewasa yang terlintas adalah bekerja dan bekerja. Kesalahannya adalah orang dewasa merasa ingin mengulang waktu dan menyetel ulang kehidupannya. Sehingga terlahir ucapan agung seperti sebelumnya yang menjadikan manusia robot pekerja. Menjadikan nuraniah di dunia ini semakin sirna, kejahatan dimana-mana dan datang kapan saja. Jadi masih ingin menyia-nyiakan kenikmatan sesaat hanya dengan alasan masa depan?

"Berusahalah sewajarnya dan bahagialah di waktu-waktu yang tersedia."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun