Beberapa hari yang lalu di media sosial muncul konten tentang wacana kurikulum baru. Wacana ini dimungkinkan adanya persepsi masyarakat ganti menteri ganti kurikulum. Bahkan viral video Menteri Pendidikan yang baru dilantik Prof. Abdul Mu'ti mengenalkan istilah deep learning, sehingga berbagai macam penafsiran itu adalah kurikulum baru. Beberapa unggahan video yang viral di media sosial mengasosiasikan deep learning dengan kurikulum merdeka yang dianggap lebih mendalam dan lebih sederhana. Padahal jika kita amati video tersebut secara komprehensif, apa yang katakan oleh Prof. Abdul Mu'ti itu pendekatan sebagaimana klarifikasinya.
Deep learning atau pembelajaran yang mendalam menurut Encyclopedia of the Science of Learning (2011: 915) merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan perenungan yang cukup banyak dan mencakup penerapan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diajukan. Pendekatan ini kerapkali dikontraskan pembelajaran yang mengutamakan menghafal fakta. Kemudian tujuan dari pembelajaran deep learning bukan untuk memberikan materi yang lebih sulit, tetapi untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pemahaman bermakna atau kata Prof Abdul Mu’ti, yaitu meaningful learning.
Kalau kita melihat video viral dari penjelasan Prof Abdul Mu’ti, beliau memberikan contoh guru agama menjelaskan tentang air secara luas, kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi air untuk ibadah, dan dilanjutkan lagi dengan penjelasan untuk apa kita mempelajari materi itu. Dari apa yang dijelaskan itulah yang disebut pendekatan deep learning. Jadi bukan suatu program seperti kurikulum yang kerapkali diinterpretasikan oleh berbagai media.
Deep learning melibatkan perenungan bagi siswa agar mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan penyelidikan mendalam. Siswa diarahkan untuk memahami konsep secara mendalam, termasuk bagaimana konsep-konsep tersebut saling terkait. Proses ini melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi informasi, yang memungkinkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang sudah mereka ketahui. Dengan demikian, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi, tetapi juga berperan dalam proses pembelajaran mereka sendiri.
Menurut John Biggs dan Catherine Tang dalam bukunya yang berjudul Teaching for Quality Learning at University (2007: 93) di dalam pembelajaran mendalam, pembelajaran baru harus terhubung dengan pembelajaran sebelumnya, sehingga sangat membantu guru mengajar secara eksplisit. Jadi pengajaran harus menekankan keterkaitan antar topik. Pendekatan deep learning dapat diterapkan di berbagai kurikulum, baik pada mata pelajaran eksakta maupun ilmu sosial, karena fokusnya adalah pada proses belajar, bukan pada materi atau konten tertentu.
Jadi deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan pemahaman mendalam, keterlibatan aktif, dan pengembangan keterampilan berpikir kritis. Berbeda dengan anggapan yang tersebar di media sosial. Deep learning bukanlah kurikulum, melainkan pendekatan yang menuntun siswa untuk menjadi pembelajar yang kritis dan reflektif. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan untuk mendorong siswa memahami konsep-konsep secara mendalam dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H