Buku yang berjudul “The Industries of The Future” begitu menarik dan memberikan wawasan bagi kita dan generasi yang akan datang untuk menemukan hal-hal baru. Apa saja hal-hal baru tersebut? Pada buku ini Alec Ross yang merupakan Pakar Inovasi Amerika Serikat dengan kejeliannya memberikan gambaran yang jelas tentang kemajuan teknologi membentuk kembali ekonomi, masyarakat, dan kehidupan individu. Gambaran tersebut memberikan wawasan yang berharga untuk menggapai kesuksesan dan siap berkompetisi di masa depan.
Pada bagian pendahuluan, Ross mengutip sebuah tulisan dari penulis Inggris yang terkenal, yaitu H.G Wells. Dalam kutipan tersebut mengatakan “adapt or perish? A non-negotiable inevitability at this time”. Kutipan ini begitu memantik pembaca untuk masuk ke dalam manusia dalam Industri masa depan. Masa depan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar lagi. Sebagai manusia dalam Industri pada masa yang akan datang, pilihannya ada 2 yaitu beradaptasi dan musnah dikalahkan oleh waktu.
Pada bagian pendahuluan, Ross memberikan fenomena globalisasi yang memunculkan dua kelompok, yaitu pemenang dan pecundang. Kelompok pemenang merupakan orang yang hijrah dari kemiskinan, membuka diri, dan menjadi bagian dari perekonomian global. Kemudian kelompok pecundang adalah mereka yang tidak mampu memacu keterampilan untuk mengimbangi laju pertumbuhan teknologi dan pasar yang mengglobal.
Pada bagian pertama, Ross membahas kedatangan dunia robot pada dekade mendatang yang akan berdampingan dengan manusia. Tulisan Ross menggugah pikiran kita tentang meningkatnya integrasi robot ke dalam kehidupan. Manusia belajar hidup dari potensi robot di berbagai industri, mulai dari manufaktur hingga perawatan kesehatan. Ada kebutuhan untuk berinvestasi di sektor robotik di negara Industri. Namun, kita harus ada kerangka kerja sosial yang memastikan mereka yang kehilangan pekerjaan bisa bertahan cukup lama untuk beralih ke industri. Seperti contoh di Eropa Utara yang menguatkan jaminan sosial agar pegawai yang dilengserkan itu memiliki harapan bangkit kembali di lahan baru. Mereka merogoh miliaran dolar kekayaan yang dihasilkan dari bidang robotik untuk diinvestasikan kembali di bidang pendidikan dan keterampilan bagi penganggur. Asumsi yang beredar adalah robot itu capex (capital expenditure), tidak opex (operating expenditure). Artinya capex yang dihabiskan untuk robot tidak menyingkirkan opex yang tetap dibutuhkan orang. Jadi perlu ditinjau kembali asumsi ini guna mengukur biaya untuk membuat orang tetap kompetitif dalam perekonomian masa depan.
Pada bagian kedua, Ross menyoroti selama lebih dari separuh abad terakhir atas kemajuan sains yang tidak ada bandingannya. Inovasi sains seperti jantung buatan, obat-obatan ajaib, transplantasi organ, dan perkembangan genomik lain memungkinkan orang hidup lebih lama dan memusnahkan berbagai penyakit seperti kanker dan lainnya. Bahkan genomik akan menjadi industri triliunan dolar.
Pada bagian ketiga, Ross menyoroti proses pembayaran yang kian canggih, seperti Square, M-Pesa, Apple Pay, dan lainnya. Pembayaran melalui uang tunai sudah semakin jarang dipilih. Kemudian kekuatan transformatif teknologi blockchain dalam merevolusi kepercayaan dan transparansi di berbagai sektor. Teknologi ini akan menghadirkan batasan ekonomi ke medan permainan global sembari mengenyakan perantara dan otoritas tradisional. Di tengah maraknya teknologi blockchain, muncul kekhawatiran yang penuh misteri dalam eksperimen yang luar bisa besar. Namun, harus diingat untuk selalu bersikap rendah hati.
Kemudian bagian keempat, Ross juga menyoroti kompleksitas pengkodean menunjukkan perannya yang penting dalam membentuk segala hal mulai dari sistem keuangan hingga keamanan nasional. Virus malware, trojan, worm, dan serangan siber mulai menyebar. Yang menjadi tantangan adalah serangan siber bagi dunia bisnis. Warga dan bisnis kecil jelas tidak mampu membayar jenis proteksi keamanan siber yang mahal, sedangkan pemerintah dan perusahaan besar mampu membayarnya. Dalam melindungi rakyat, pemerintah harus bekerja keras dengan sektor privat untuk memastikan talenta-talenta tercerdasnya untuk mengembangkan pertahanan siber.
Pada bagian kelima Ross secara meyakinkan memposisikan data sebagai sumber daya paling berharga di abad ke-21. Ia menjelaskan bagaimana wawasan berbasis data mendorong inovasi, memungkinkan bisnis membuat keputusan yang tepat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, ia juga menekankan pentingnya privasi dan keamanan data, serta menggarisbawahi perlunya regulasi yang kuat untuk melindungi hak-hak individu.
Kemudian pada bagian keenam, Ross meneliti bagaimana negara-negara memposisikan diri mereka dalam lanskap digital global, mengidentifikasi pusat-pusat teknologi yang sedang berkembang, dan menganalisis dinamika persaingan antarnegara. Bagian ini memberikan wawasan berharga tentang faktor-faktor yang membentuk ekonomi global di masa depan. Ross menjelaskan bahwa Kota sebagai pusat inovasi. Dalam beberapa segi, kota selalu menjadi penggerak pertumbuhan masyarakat, meskipun 97% populasi berada di pedesaan. Dalam mendorong perekonomian global, maka kota harus bergerak maju dan terbuka terhadap dunia luar. Kota ini harus terbuka dalam menyambut orang dari segala pelosok bumi dan mendorong arus bebas gagasan, sehingga menjadi tempat yang menarik untuk menetap dan bekerja.
Buku ini diakhiri dengan perspektif berwawasan ke depan tentang keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk berkembang dalam pekerjaan masa depan. Ross menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi, berpikir kritis, dan keterampilan memecahkan masalah. Sambil mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh otomatisasi, ia juga menyoroti peluang baru yang akan muncul di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan, ilmu data, dan keamanan siber.