Pernakah kalian melihat sebuah lentera yang menyinari ruangan yang kosong? Seberapa besar sinar tersebut menyinari seluruh ruangan? Sinar lentera tersebut dalam hati kita adalah sebuah kebahagiaan. Dalam hati kita, kebahagiaan itu seperti terangnya sinar lampu. Kebahagiaan selalu menyinari pada hati kita yang ibaratnya seperti ruang kosong.
Lalu bagaimana kita mendapatkan kebahagiaan itu? Salah satu mendapatkannya adalah dengan bersyukur. Kebahagiaan itu kuat karena sikap bersyukur. Orang yang bersyukur senantiasa merasa lebih bahagia damai. Orang memandang hidupnya selalu berpikir positif dan optimis adalah orang yang memiliki rasa syukur.
Kebahagiaan yang dihasilkan oleh sikap bersyukur dapat menjaga suasana keharmonisan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang berjudul "beyond reciprocity: gratitude and relationships in everyday life" yang dimuat oleh Jurnal Ilmiah Emotion pada tahun 2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap berterima kasih dan bersyukur itu mendorong untuk terjalinnya dan terbinanya persahabatan antar manusia. Al-Qur'an juga memberikan sebuah pelajaran untuk mendapatkan kebahagiaan dengan bersyukur. Surat Ibrahim ayat 7 dikatakan bahwa "Dia pun akan terus menambah kenikmatan itu jika kita pandai mensyukuri nikmat yang sudah diberikan-Nya". Orang yang pandai beryukur maka orang itu akan ditambah kenikmatan (kebahagiaan) yang diberikan oleh Allah SWT.
Lalu bagaimana kita mengukur rasa syukur? Kita bisa mengingat ketika belajar fisika tentang arus listrik dan hukum Ohm. Rasa nilai syukur seperti halnya kekuatan muatan listrik pada sinar lentera. Cerahnya sinar lentera itu tergantung dari kekuatan arus listrik. Dalam llmu fisika arus listrik itu sama dengan muatan listrik dibagi dengan waktu. Muatan listrik kita ibaratkan kita selalu bersyukur. Sedangkan waktu itu selalu menyertai kehidupan ini.
Apabila kita selalu menambah rasa syukur, maka kebahagiaan itu selalu bertambah. Ibarat sinar lampu yang sangat cerah yang menyinari ruangan yang kosong dan gelap. Orang yang selalu tercerahkan, maka orang itu selalu berbahagia. Jika muatan listrik berkurang, maka sinar lampu itu redup dan ruangan menjadi gelap. Jika rasa bersyukur itu kurang, maka kebahagiaan itu akan redup dan hati yang seperti ruangan itu menjadi gelap. Orang yang berkurang rasa syukurnya, menandakan orang itu kurang bahagia.
Arus listrik selalu terikat dengan waktu, begitu juga kehidupan. Arus listrik itu mengalir melalui suatu rangkaian, begitu juga dalam kehidupan yang kita jalani dengan arus energi positif yang terus mengalir kepada kita. Dengan merenungi kehidupan dengan bersyukur, kita bisa menjadi lebih sadar akan berbagai kebaikan yang kita terima dan menghargainya.
Tegangan dalam hukum Ohm ibarat tantangan dan ujian dalam kehidupan. Seperti tegangan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan dalam rangkaian listrik. Begitu juga tantangan dan ujian dalam hidup dapat memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang. Dengan bersyukur, kita dapat melihat tegangan tersebut sebagai kesempatan untuk mengasah keterampilan, memperluas pemahaman, dan memperkuat karakter kita.
Daya dalam hukum Ohm ibarat kita selalu memiliki sikap optimis dan pengaruh positif dalam kehidupan. Ini dapat membantu kita mengoptimalkan pengaruh kita terhadap orang lain. Seperti daya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik, dan sikap bersyukur dan pengaruh positif dalam kehidupan yang dapat memancarkan energi positif kepada orang di sekitar kita. Dengan bersyukur, kita dapat memperkuat hubungan sosial, menginspirasi orang lain, dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Oleh karena itu syukurilah hidup ini agar kelak menemukan lentera kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H