Mohon tunggu...
Mochammad Azis Qoharuddin
Mochammad Azis Qoharuddin Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen/LP3M IAIFA Sumbersari/IAIFA sumbersari

saya bagian masyarakat yang sangat menentang ketidak adilan. prinsip dasar saya bagaimana kita bisa berguna untuk masyarakat dalam hal apapun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rossi dan Zidane

26 Oktober 2015   09:01 Diperbarui: 26 Oktober 2015   09:01 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana motogp sepang menghadirkan sebuah drama, balapan yg seru ditambahi dengan bumbu ambisi. 

Gelaran MotoGP di Sepang Malaysia pada hari itu menyisakan berbagai misteri tentang #SepangClash yang melibatkan Valentino Rossi dan Marc Marquez. Berbagai spekulasi bermunculan terkait insiden tersebut. Tak hanya dari kalangan awam, tetapi kompasianer pun memberikan opininya termasuk saya.

Rossi adalah juara sejati di motogp begitupun marques. Rossi punya sejarah panjang didunia balap, dunia yang mengantarkan trans7 sebagai salah satu stasiun tv terbesar di negeri kita. Rossi sudah menghabiskan hidupnya di motogp, dengan kelihaian, pantang menyerahnya dan sentuhan yang khas. Hingga membuatnya menjadi juara terbanyak. 

Begitupun zidane di adalah maestro sepakbola dunia, merintis karir mulai awal sampai kemudian menjadi juara dunia. Klub manapun yang dia bela pasti di berikan gelar. Luar biasa besar pengaruhnya dalam sepakbola.

Ada kemiripan yg nyata antara rossi dan zidane, mereka adalah juara di bidangnya masing. Legenda di dunia olah raga. Bahkan keduanya pun mengakhiri karir dengan satu kesalahan yang seharusnya tidak perlu untuk ukuran seorang petarung sejati. Zidane menanduk materazi di akhir karienya, sedangkan rossi menendang marques juga dipenghujung karirnya.

Seperti pepatah karena nila setitik, susu rusak sebelangga.

Saya sangat sedih melihat ini rossi, sebagaimana rasa penyesalan yang tampak sesal dari ekspresimu.  Kau adalah idola, tapi kenapa kau hancurkan sendiri...

Monggo ditambahi di kolom komentar.

Salam kompasiana

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun