Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Listrik dan Budaya Kita

11 April 2016   11:59 Diperbarui: 13 April 2016   12:21 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Budaya itu melingkupi nilai-nilai.  Kita hidup dalam sebuah budaya.  Artinya, kita hidup dalam nilai-nilai.  Kita hidup berdasarkan nilai-nilai.  Tak ada hidup yang tanpa nilai atau tanpa dilandasi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang.

Listrik bukanlah sesuatu yang di luar nilai.  Listrik bukan sekadar hasil dari kemajuan teknologi belaka.  Listrik juga hidup dan sekaligus menghidupi nilai-nilai.

Melihat listrik dalam kerangka budaya akan membuat kita sadar bahwa ada sesuatu yang belum pas.  Ada sesuatu yang tidak nyambung.  Ada sesuatu yang memang harus diperbaiki.

Sebuah masyarakat tanpa listrik akan menjadi masyarakat yang terbelakang.  Listrik adalah simbol kemodernan sebuah masyarakat.  Tak ada kemodernan tanpa listrik.

Di era saat ini, listrik bahkan sudah menjadi sebuah kebutuhan.  Tanpa listrik, sebuah masyakat akan merasa tak bisa melanjutkan kehidupannya. Tanpa listrik tak ada aktivitas.  Atau dengan kata lain, dunia saat ini tak mungkin lagi tanpa listrik.  Listrik sudah menjadi urat nadi kehidupan saat ini.

Listrik memang memiliki dua sisi mata uang.  Di satu sisi, listrik bisa menjadi sebuah anugrah.  Akan tetapi, di sisi lain, listrik juga bisa menjadi sebuah malapetaka.

Kapan listrik menjadi sebuah anugrah?

Listrik akan menjadi sebuah anugrah apabila listrik berada dalam sebuah lingkup budaya yang sesuai.  Listrik akan memacu dan memicu kemajuan masyarakat yang memiliki budaya progresif.  Dalam sebuah masyarakat yang sangat gandrung dalam sebuah perdagangan, misalnya, kehadiran listrik akan semakin melipatgandakan perdagangan yang ditekuninya.

Listrik juga akan menjadi sebuha komunitas yang sangat gandrung dengan teknologi.  Teknologi pasti butuh listrik dan listrik akan memperluas pemanfaatan teknologi.  Pada gilirannya, masyarakat mencapai kemajuan dengan listrik dan teknologi yang didukungnya.

Kapan listrik menjadi sebuah petaka?

Masyarakat yang tak bisa mengembangkan dirinya akan semakin tertinggal.  Listrik hanya akan mendorong konsumerisme.  Listrik juga akan digunakan hanya dalam keborosan.  Setiap aliran listrik yang pada dasarnya sebuah penghilangan sumber energi tak terbarukan hanya sebuah pemborosan tanpa makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun