Dia tampak tegar. Padahal dia rapuh. Rapuh sekali. Kacamata hitam yang selalu dipakainya adalah tempat menyimpan keringkihan hatinya. Dia selalu menyembunyikan sorot mata itu dalam kacamata.
Laki-laki itu sudah lama aku kenal. Dia tak pernah punya pekerjaan tetap. Ia hanya melakukan pekerjaan yang disuruhkan istrinya. Selalu menjadi wakil istri saat istrinya sibuk.
Laki-laki itu ingin terlihat hebat. Dan laki-laki hebat selalu selingkuh. Maka ia pun mencoba pelan-pelan mengkhianati istrinya. Biar orang lain kira, dia benar-benar laki-laki sejati.
Istrinya tahu kalau dia selingkuh. Tapi istrinya kasihan. Kalau ia ceraikan laki-laki itu, maka laki-laki yang sekarang sedang diwawancarai di sebuah stasiun televisi dengan memakai kacamata hitam itu akan tersungkur dan memohon-mohon padanya. Tapi, kalau lihat prilakunya yang petakilan di belakang istri seperti naik meja, joget-joget di atas meja, lihat film biru, berteriak-teriak, bahkan kemarin membanting meja, maka istrinya sangat mangkel.
Lebih menjengkelkan lagi saat laki-laki berkacamata hitam itu ya selingkuhnya itu. Masa kesetiaan yang sudah diberikan 1000 persen malah dikhianati?
Tapi itulah laki-laki berkacamata hitam yang sekarang sedang diwawancarai di sebuah stasiun televisi.
"Aku menyesal," katanya sambil meneteskan air mata.
Aku yang sedang menonton wawancaranya langsung berkomentar.
"Baru segitu aja sudah sangat menjengkelkan, apalagi aku yang punya wakil di Senayan, lebih jengkel dengan tingkah yang lebih dari tingkah laki-laki berkacamata hitam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H