Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Komunitas Nissan Juke, Sumpah Pemuda, dan Amartya Sen

26 Oktober 2012   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Jangan bicara tentang Komunitas Nissan Juke kalau belum merasakan bersamanya!  Titik!  Jangan tawar lagi.  Nanti malah menjadi pembicaraan yang tak bermakna.

Terus?

Karena saya sudah ikut bersama Komunitas Nissan Juke, maka saya diperbolehkan untuk bicara tentang komunitas yang satu ini.  Siapa yang membolehkan?  Ya, saya sendiri.  Gak adil?  Tentu adil.  Atau ya, anggap saja adil.  Bagi yang merasa ada ketakadilan, silakah mengadu ke MA.  Tapi maaf, kabarnya MA juga sedang kisruh di antara para hakim agungnya.  Kalau hakim agungnya saja pada ribut sendiri, gimana hakim yang tak agung atau hanya setengah agung?  Tuh kan, jadi gak fokus.  Mari kembali lagi ke ..... Nissan Juke dengan komunitasnya.

Sehari bersama Komunitas Nissan Juke, saya melihat semangat muda yang membara.  Yang akan tepat jika kita rajutkan dengan hari bersejarah di bulan Oktober ini yaitu hari Sumpah Pemuda.  Komunitas Nissan Juke sudah memiliki semangat muda.  Jadi, akan lebih baik kalau kegiatannya juga merambah ke membangun Nasionalisme.  Bisa?

Pasti.  Kesadaran nasionalisme sering dianggap sedang menurun di kalangan anak muda.  Padahal, tantangan ke depan adalah bagaimana terus memperkuat ke-Indonesiaan anak muda negeri ini.  Dan di dalamnya, adalah anggota Komunitas Nissan Juke.  Komunitas ini, jangan sekadar komunitas hura-hura.  Apalagi hanya untuk sekadar ngobrol tentang suku cadang.  Terlalu membuang energi kalau potensi besar ini tak disinergikan dengan kondisi negeri ini.

Bagimana maksudnya?

Seorang Amartya Sen, yang pernah meraih hadiah Nobel bidang ekonomi sangat memprihatinkan kondisi intoleransi yang berkembang di hampir semua negeri.  Bahkan di Amerika Serikat pasca tragedi penabrakan pesawat ke gedung WTC.  Sehingga, dunia semakin terkotak pada identitas tunggal yang sempit.  Identitas tunggallah yang mendorong pada seseorang untuk bertindak intoleransi.  Bukan hanya intoleransi, identitas tunggal juga mendorong pada fundamentalisme, bahkan terorisme.

Keprihatinan Sen bukan hanya untuk negara apa pun.  Tapi untuk semua negara.  Bahkan negeri kita tercinta ini, menjadi salah satu negeri yang sangat rentan pada keterwujudan keprihatinan Sen.  Negeri ini semakin tak toleran.  Seperti sudah tercipta garis "saya" dan "Anda".  Bukan lagi kebersamaan pada "kami".

Bagaimana menghadapi sikap intoleran, fundamentalism, dan terorism?  Tak lain adanya menumbuhkan kesadaran akan identitas majemuk.  Bagaimana membentuk identitas majemuk?  Tentu dengan menghadirkan dan mengintensifkan komunitas-komunitas.  Melalui sebuah komunitas akan terbangun identitas majemuk para anggotanya.

Inilah rajutan antara Komunitas Nissan Juke, Sumpah pemuda, dan Amartya Sen.  Dengan komunitas Nissan Juke terbentuk identitas majemuk sebagaimana dirilis Amartya Sen.  Dengan identitas majemuk akan tercipta pemuda-pemuda yang semakin memahami Indonesi sebagai kebhinekaan yang tunggal ike sebagaimana dicita-citakan para pemuda visioner negeri ini pada tahun 1928.

Semoga rangkaian ini terbangun.  Selamat ulang tahun untuk Komunitas Nissan Juke.  Semoga ke depan menjadi perjalanan yang membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun