Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jokowi, Jumat Tanpa Kendaraan: Sebuah Aturan Minus Kajian

11 Februari 2014   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Terlalu gegabah Jokowi.  Sebagaimana kecerobohan Jokowi saat hendak menerapkan nomor genap ganjil untuk mobil, aturan yang terlanjur diaturkan tanpa lemparan untuk diwacanakan ini jelas sebuah keputusan gegabah.  Sebetulnya, tak layak untuk seorang calon presiden paling diminati rakyat negeri ini memutuskan sesuatu tanpa kajian mendalam.

Setiap jumat minggu pertama tiap bulannya, semua pegawai pemda DKI dilarang menggunakan kendaraan, baik mobil maupun motor.  Aturan ini turun hanya mencerminkan Jokowi yang kian patah hati melihat kemacetan yang tak kunjung dapat diselesaikan.  Padahal sudah banyak langkah dilakukan.

Kajian?  Sudahkan aturan ini dikaji sebelum diaturkan?  Harusnya sudah.  Bukan sedang dilakukan dan kalau hasilnya jelek akan diberhentikan.  Kalau dilakukan sebagai coba-coba, maka Jokowi telah melakukan langkah sembrono sebagai seorang pemimpin.

Sudah ada kendaraan umum?  Betulkah?  Seberapa efektifnyakah?  Sudah menjangkau semua kantor semisal kelurahan, ekcamatan dan sekolah-sekolah?  Pasti jawabanya gelengen kepala hingga seratus kali.  Inilah kesalahan Jokowi.  Harusnya fokus saja untuk memperbaiki transportasi publik.  Kalau bus trans Jakarta bobrok padahal baru datang dari China lagi, masa orang dipaksa untuk menaikinya?

Betul, Pak Gub.  Saya akan naik bus trans jakarta kalau bus itu sudah ada dari rumah ke sekolah tempat saya ngajar.  Tapi bus itu kan hanya di tengah kota?  Sekolahku ada di pinggiran.

Kaji kembali aturan itu.  Setelah ada hasil psitifnya, berlakukan.  Kalau lebih banyak mudorotnya, buang jauh-jauh.  Dan pesan saya untuk berikutnya, jangan gegabah saat membuat aturan.  Buat kajian mendalam.  Jangan sampai banyak orang menderita karena aturan yang Anda buat dengan kesembronoan.  Tak layak Anda menjadi presiden kalau seperti itu.

Semoga ada perbaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun