Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Boediono: Antara Kesalehan Individual dan Kesalehan Sosial

20 Maret 2014   19:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menonton mata Najwa semalam betul-betul membuat saya bingung.  Ternyata, seorang Boediono adalah orang yang betul-betul memiliki kesalehan Individual.  Menurut sekretaris pribadinya, semua uang betul-betul dipisahkan antara milik pribadi dengan milik negara.  Kalau singlet untuk pribadi maka Boediono membayar dengan uang sendiri dan tak mau kalau dibayar dengan uang negara.  Termasuk saat berhaji (atau berumrah, saya lupa).    Yang dibayar uang sendiri.

Bahkan cerita, menteri keuangan, cerita Marie Pangestu, cerita Abdillah Toha, semuanya menceritakan kesederhanaan Boediono.  Dari celana bolong, baju batik seragam hotel, sepatu jebol, dan masih banyak lagi.

Kenapa muncul nama Boediono dalam Century?

Banyak orang yang sering menyumbang masjid, menyumbang gereja, menyumbang yayasan yatim piatu, menyumbang sana-sini, tapi di sisi lain, ternyata juga seorang koruptor kakap.  Seakan-akan ada dinding tebal yang memisahkan antara kesalehan individual dengan kemauan untuk menyumbang.  Bukan hanya menyumbang tapi juga rajin ke masjid atau gereja, namun juga koruptor yang tak berhati nurani.

Banyak yang seperti ini.  Kesalehan individual tak tercermin dan tak nyambung dengan kesalehan sosial.  Bahkan bertolak belakang.

Padahal, harusnya ada kemenyambungan antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial.  Orang yang rajin ke masjid atau ke gereja, maka ia akan jauh dari korupsi dan teman-temannya.  Tapi, yang seharusnya tak selalu ada dalam kenyataan.

Apakah pak Boediono memiliki kesalehan indidual sekaligus kesalehan sosial?  Kita tunggu KPK.  Semoga kesalehan individual Pak Boedioni juga dibarengi kesalehan sosial.  Century hanya permainan orang jahat di luar dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun