Dia berubah akhir-akhir ini. Betul-betul berubah. Apalagi setelah melihat jurus-jurus Ahok asli di televisi saat menghadapi begal-begal anggaran yang hendak melumat dengan sesingkat-singkatnya uang rakyat. Maka Ahok palsu. Ya, nama sebenarnya (ini juga saya hanya tahu dari ceritanya belaka tanpa ngecek ktp segala) memang Tukiman. Asli Tegal (dia suka bilang ortega alias orang tegal asli).
Tukiman ini memang memiliki mata sipit walau asli Tegal. Walau namanya Tukiman tapi saat kampanye gubernur DKI sedang gencar-gencarnya, orang lebih suka memanggilnya Ahok. Tukiman sendiri tak marah dipanggil Ahok malah bangga.
Waktu pertama kali datang kie musola, dia dalam keadaan lusuh. Ingin numpang mandi di musola. Lalu, kami tawarkan untuk tinggal di musola menjadi marbot, Ahok palsu alias Tukiman mau. Daripada menggelandang tak karuan.
Ternyata dia pinter ngaji. Kalau tak ada imam, Ahok bisa juga jadi imam. Kalau tahlilan Ahok juga bisa memimpinnya. Warga di perumahan kami tinggal pun sangat senang.
Hingga dua hari lalu. Kejadian yang menggemparkan. Karena Ahok palsu ini mau ikut-ikutan Ahok asli. Suka terang-terangan dan blak-blakan.
Haji Komar, orang paling kaya di perumahan kami yang juga kebetulan anggota DPR ingin membuat kejutan rupanya. Saat usai berjamaah salat Magrib langusng berdiri dan menyampaikan maksudnya.
"Saya bermaksud menaikhajikan Ahok. Saya lihat dia rajin. Dia juga bisa ngaji. Saya anggap, tak ada salahnya kalau saya membagi sebagian rejeki saya untuk memberangkatkan Ahok haji," kata Haji Komar panjang lebar dan tak mungkin saya tuliskan semuanya di sini.
Ketika giliran Ahok disuruh bicara. Maka, semua jemaah yang masih duduk pun langsung tersentak.
"Tak mau saya. Naik haji harus dari uang yang halal. Sementara, kita semua tahu, Haji Komar sebagai anggota DPR selalu menilap uang rakyat. Tak usah banyak alasan. Itu sudah beratus-ratus kali saya baca di koran. Jadi, saya langsung saja pak Haji, saya tak bersedia berhaji dengan uang haram Bapak," kata Ahok.
Semua orang melongo. Hanya haji Komar saja yang merasa ada teguran dari Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H