Dia kutuk presidenÂ
Dia kutuk menteriÂ
Dia kutuk gubernurÂ
Dia kutuk bupati
SementaraÂ
Perutnya sendiri semakin terasa perihÂ
Setelah dua hari belum juga terisi
Puisi puisinya hanya teronggokÂ
Menjadi sampahÂ
Di dekat kardusÂ
Yang dijadikan dinding rumahÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!