Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Ketua Umum Lagi

29 Agustus 2024   20:11 Diperbarui: 29 Agustus 2024   20:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhaemin Iskandar terpilih lagi menjadi ketua umum PKB. Muhaemin Iskandar memang tidak memiliki lawan dalam perebutan kursi ketua umum partai.  Tok, Muhaemin Iskandar melangkah terus sampai 2029.

Zulkifli Hasan juga melenggang untuk periode ketiganya menahkodai PAN.  Nyaris sama dengan Muhaemin Iskandar di PKB,  Zulkifli Hasan juga tidak memiliki lawan tanding yang setara di PAN. Zulkifli Hasan pun meneruskan cengkeramannya di kursi empuk partai besutan Amin Rais. 

Demikian juga dengan nasib ketua umum Nasdem,  Surya Paloh.  Surya Paloh akan terus menduduki kursi orang nomor satu di Nasdem untuk 5 tahun ke depan.  Surya Paloh juga melenggang tanpa ada lawan. 

Fenomena tiga partai besar dengan  ketua umum yang terpilih kembali dengan tanpa lawan tanding tentunya menjadi keprihatinan kita bersama.  Karena,  fenomena ketua umum yang melanggengkan kekuasaan nya dalam sebuah partai berarti partai tidak mampu menjalankan regenerasi kepemimpinan. 

Harusnya,  sebuah partai politik menjadi kawah Chandra dimuka bagi para calon pemimpin bangsa.  Paling tidak, setiap 5 tahu  akan muncul pemimpin bangsa yang baru.  Waktu 5 tahun menjadi waktu ideal untuk sebuah perubahan.  Lebih dari 5 tahun akan muncul raja raja diktator. 

Jika saat ini kita seperti kekurangan pemimpin bangsa, karena partai politik yang seharusnya menjadi pabrik pemimpin bangsa tidak bisa berputar lagi roda kehidupan nya. Mereka berhenti menjadi agen perubahan. 

Jangan heran jika kita akan disodori pemimpin pemimpin manula yang seharusnya sudah tamat waktunya untuk bergelut dalam hal tersebut.  Di sisi lain, muncul pemimpin karbitan yang belum memiliki kapasitas kepemimpinan tapi terpaksa dan dipaksa menjadi pemimpin. 

Tentu dua duanya berbahaya bagi masa depan bangsa.  Akankah orang orang muda hebat harus mengikuti langkah pemimpin manula yang sulit bergerak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun