Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kampanye yang Merobek Wajah Kota

15 Januari 2024   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2024   10:15 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima tahun sekali, wajah kota kota di negeri ini disesaki kepentingan politik tanpa keadaban.  Politik dengan wajahnya yang menyedihkan. 

Kota yang bersih mencerminkan kemodernan kota tersebut.  Misalnya saja kita bisa melihat wajah Singapura,  dan wajah kota kota modern d8 dunia yang penuh keadaban.  Mereka menjaga kotanya dengan baik.

Sementara,  kota kota di negeri ini, yang sudah bermasalah dengan aneka sampah, setiap lima tahun sekali disesaki sampah politik.  Sebagaimana terlihat pada foto di atas. JPO menjadi begitu kotor dan tak mencerminkan keadaban penduduknya.  Walaupun yang dimaksud penduduknya adalah para politikus yang sembarangan memasang wajah mereka  dan pejabat kota yang abaikan untuk menegurmya. 

Bukan hanya JPO tentunya. Kita bisa susuri jembatan jembatan di kota kota yang dipenuhi bendera partai politik.  Sama sekali tidak indah, bahkan sangat merusak estetika kota. 

Wajah kota tanpa keadaban tentu merujuk pada ketakadaban penduduknya.  Penduduk kota yang belum mampu menjadi penghuni kota dengan budaya kekotaannya. 

Para politikus tentunya sandang mencoba mencari keberuntungan untuk menjadi pemimpin masyarakat nya melalui pemilihan legislatif. 

Hanya saja, kita pun bisa memprediksi bagaimana sikap mereka terhadap kota yang dihuninya jika mereka berkhianat terhadap keadaban kota yang hendak dipimpinnya. 

Efektifkah kampanye mereka dengan cara merusak wajah kotanya?

Tentu tidak efektif sama sekali. Bahkan mungkin akan berdampak negatif.  Kenapa tidak dicarikan cara lain saja, yang tidak merusak wajah kota kita?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun