"Asu!"
Umpatku saat kejengkelan sudah memenuhi seluruh rongga dalam kepalaku.Â
Anak kecil itu entah masuk darimana, dari kemarin berlarian kian kemari dalam kepalaku. Â Suara tapak kakinya seakan membuat kepalaku ikut bergoyang goyang.Â
Kadang, anak kecil itu seakan sedang menginjak nginjak apa pun yang ada di depannya, yang juga berarti dalam kepalaku. Sambil tertawa cekikikan seakan tahu kalau dengan begitu aku akan semakin jengkel.Â
Pada awalnya,  aku tak sengaja terpilih menjadi anggota KPU.  Harusnya aku banggakan? Nyatanya aku tak pernah bangga karena  aku sebetulnya sudah tak mau lagi daftar sebagai calon KPU.Â
Terus seorang teman yang bergiat di perpolitikan mendaftarkan aku. Lolos. Â Anehkan? Tapi begitulah kondisi negeriku.Â
Kemudian aku harus presentasi dan diuji di DPR. Â Aku bikin karya tulis paling aneh. Judul karya tulisku, Â "Menjadi Presiden Tanpa Pemilu". Logika di dalam karya tulis itu tentunya lebih kacau lagi. Paling tidak, asa 20-an pendapat umum yang saya jungkir balikkan.Â
Ketika wawancara, Â saya berpikir seperti komedian. Â Semua asa jawabnya, tapi jawaban yang langsung membuat penanya bermuka merah padam karena ditetawakan koleganya sendiri.Â
Tapi justru aku lolos menjadi anggota KPU.  Kata temanku, yang bikin lolos dia.  Dia yang kian kemari melobi  partai partai politik.  Tentu tidak dengan tangan kosong.Â
Akhirnya, Â aku harus mengikuti apa yang disabdakan temanku itu. Karena aku pun bisa sewaktu waktu dipecat dari anggota KPU dengan tanpa selembar kertas pun.