Siapa sih yang tidak senang bisa kuliah? Semua anak negeri ini pasti berharap bisa mengenyam pendidikan di kampus. Tidak usah yang hebat hebat, cukup di sebuah kampus.
Anggaran pendidikan sudah berbeda sejak reformasi. Jika bidang lain tidak pernah dipatok, untuk pendidikan di patok. Tidak boleh kurang dari 20 persen APBN.
Coba hitung sendiri jika APBN sudah di atas 2000 triliun. Â Pasti pendidikan menjadi sektor paling gembul.
Tapi, lihat juga kenyataan di lapangan. Jangan berharap bisa menikmati bangku kuliah gratis, untuk menempuh pendidikan menengah atas pun masih banyak yang kelimpungan.Â
Pengecualian untuk Jakarta. Dari SD sampai kuliah mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari Pemda. Bukan hanya sekolah yang gratis, tapi juga siswanya mendapatkan uang untuk kepentingan pendidikan.
Padahal ada anak-anak kampung nunjauh di pelosok sana yang punya kualitas otak seperti Habibie. Tapi, karena SD saja tidak tamat maka anugrah Tuhan itu tersia siakan.
Pendidikan masih menyedihkan, emang. Guru guru sendiri kadang tidak lagi paham kenapa bisa seperti itu. Guru hanya paham tentang bagaimana kurikulum mesti di laksanakan. Ketika kurikulum bergonta-ganti, mereka terpaksa harus mengikuti. Kadang dengan pemahaman yang belum maksimal.
Ya, Kemdikbudristek harus berbenah. Pendidikan jangan lagi membuat jeritan panjang terus terusan. Apalagi seperti saat ini terjadi. Banyak calon mahasiswa mengeluh tentang besarnya biaya UKT.Â
Anak kota mungkin masih beruntung. Tidak perlu menanggung biaya kos segala. Bagi anak kampung?
Semoga banyak impian generasi cemerlang di pelosok negeri ini segera dapat diwujudkan pemerintah. Anggaran 20 persen sudah cukup untuk mengelola pendidikan gratis. Jika pengelolaan nya benar.