Geger Anies sudah sampai ujung. Sehingga gerak naik itu mulai mendatar. Bahkan beberapa orang menganggapnya sudah masuk arah turun.
Anies memilih jalan itu. Bersama Nasdem dan Demokrat. Keduanya sering dianggap sebagai partai nasionalis. Artinya, faktor agama tidak terlalu mendominasi.
Berbeda dengan PKS yang selain partai politik juga menjadi gerakan keagamaan. Perjuangan yang diusungnya sering didasari oleh jargon keagamaan.
Tanpa PKS memang Anies tak bisa maju sebagai calon presiden. Hanya saja, bersama PKS, Anies juga kurang diterima di tengah kaum agama yang moderat.
Anggap saja mereka kaum Nahdliyyin. Nahdliyyin memang sering diidentikan dengan kaum agama tradisional. Mereka melakukan ritual ritual yang sudah dilakoni warga negeri ini Beratus tahun lalu. Sering disebut pula sebagai penjaga tradisi.
Amalan amalan orang Nahdliyyin inilah yang sering dijadikan sasaran kritik sebagai bidah dalam beragama. Mereka yang melakukan hal seperti ini sering dialamatkan pada para pengikut PKS.
Sehingga, tak mungkin bisa menyatukan Nahdliyyin dengan PKS. Kalau pun bisa, pasti sebuah pekerjaan yang sangat sulit sekali.
Persoalannya bagi Anies, jika hanya mengandalkan tiga partai pendukungnya, maka tak mungkin bisa bersaing dengan dua kandidat lainnya. Anies masih butuh tambahan suara lagi untuk kemenangan.
Darimana tambahan suara tersebut? Nahdliyyin itu sering diidentikan dengan Jawa Timur. Basis Nahdliyyin ada di sana. Oleh karena itu, Anies harus ke sana jika ingin mendulang suara.
Bisakah? Tentu sulit. Karena sudah ada PKS di belakang Anies. Itulah dilema. Jika mampu mengatasinya, kemungkinan Anies dapat mudah melenggang ke Istana Negara. Jika gagal, ya segeralah mengucapkan selamat tinggal.