Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menelusuri Jejak Buya Hamka

2 Mei 2023   12:41 Diperbarui: 2 Mei 2023   14:35 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Buya Hamka ( Kompas.com )

Anakku minta nonton film Buya Hamka. Akhirnya, kita beramai-ramai menuju Sumarecon Bekasi untuk melihat jejak pahlawan yang juga ulama dan seniman ini.

Ada film horor yang digandrungi para remaja. Tapi remaja buah hatiku ini malah mengajak nonton Buya Hamka.

Sebagai seorang ayah, tentu te bersit rasa gembira yang tiada tara. Paling tidak, anakku tidak seperti anak seumuran nya yang lebih suka film horor dari film sejarah tentang tokoh yang begitu banyak menginspirasi.

Film besutan sutradara Fajar Bustomi dan skenario yang ditulis Alim Sudio dan Cassandra Massardi ini, dibuka dengan gambar Buya Hamka yang dipenjara di era demokrasi terpimpin nya Soekarno tahun 1964. Badan yang ringkih tapi semangatnya yang masih terlihat gigih.

Vino G Bastian mampu menghadirkan Buya Hamka dengan sangat apik. Perjalanan Buya Hamka dimulai dari Makasar. Di kota tersebut, Buya Hamka membesarkan Muhammadiyah.

Buya Hamka menolak poligami. Ini yang jarang terekspos. Karena, ahli agama justru sering lebih sering memanipulasi poligami dalam bungkus agama. Buya menolak ketika ada seorang bapak menawarkan anaknya untuk dijadikan istri kedua.

Kemudian perjuangan berpindah ke Medan. Buya sempat ragu untuk menerima tawaran sebagai pemimpin sebuah majalah Islam "Pedoman Masyarakat". Istrinya, yang diperankan juga dengan apik oleh Claudia Cynthia Bella mampu meyakinkan akan perjuangan melalui majalah.

Pada saat itulah, Belanda yang merasa terusik oleh keberadaan Pedoman Masyarakat menutup majalah tersebut. Bahkan ketika Jepang datang, majalah pun ditutup mati.

Keluarga Buya tinggal di Padang Panjang. Anak pertamanya meninggal di kota tersebut tanpa kehadiran sang ayah, Buya Hamka. 

Ketika Jepang mengirim Buya Hamka ke Singapura, muncul fitnah yang kejam. Akibatnya, Buya diberhentikan dari persyarikatan Muhammadiyah Sumatera Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun