toko bunga miliknya.
Semua orang menyangka dia akan menyerah. Tapi ternyata tidak. Dia masih terlihat berjalan santai menujuTidak besar toko bunga yang dimilikinya. Hanya saja, tempatnya memang strategis. Jadi toko bunga itu selalu tampak ramai.
"Ada bunga krisan?"
Dengan cekatan dia melayani setiap pelanggan. Tak pernah keluar satu kata keluhan pun dari mulutnya meski kadang dia harus menghadapi pembeli yang bawel.
"Ada bunga yang cocok untuk orang yang sedang patah hati?"
Dia begitu hafal dengan karakter bunga. Setiap kali ada yang bingung akan memberikan bunga apa, dia selalu bisa menemukan jalan keluar yang sangat ideal.
Akhirnya, semua orang, baik pelanggan toko bunganya atau orang yang baru pernah sekali datang ke toko bunga nya tahu juga. Dia memang sudah bersahabat dengan lukanya. Tak ada lagi yang bisa melukainya, apalagi sampai dia menangis.
Tangis sudah khatam dari kamus hidupnya. Kini, dia hanya mengenal senyum dan kebahagiaan. Itu pula yang membuatnya merasa pas tiap hari menggauli bunga bunga itu.
"Selamat sore."
Dan dia tahu betul pemilik suara itu. Dia tetap melayaninya dengan senyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H