Hal yang paling menyedihkan adalah ketika membaca berita tentang posisi Indonesia dalam tes PISA. Â Kualitas pendidikan negeri ini sama sekali tidak menggembirakan.
Pada saat yang sama, mewabah Covid yang bagaimana petir di siang hari bolong. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan secara tatap muka harus berhenti dan digantikan pembelajaran secara daring.
Pelaksanaan pembelajaran secara daring tentu berbeda jauh jika dibandingkan dengan pembelajaran secara luring. Ada kesadaran baru tentang materi pembelajaran.
Materi pembelajaran dirasa terlalu membebani siswa. Guru-guru sendiri sudah cukup lama merasakan beban materi yang terlalu berat, hanya saja suara guru tidak pernah didengar oleh pemegang kebijakan.
Pembelajaran daring mengharuskan guru untuk lebih memfokuskan diri pada materi -materi esensial dalam kurikulum 2013 yang saat itu masih berlaku.
Mas Menteri Nadiem Makarim menyadari betul tantangan pendidikan yang ada di depan matanya. Paling tidak ada dua hal yang menjadi perhatian Mas Menteri, pertama, kualitas pendidikan yang memprihatinkan. Paling tidak jika mengacu pada hasil tes PISA. Kedua, krisis pembelajaran yang diakibatkan oleh mewabahnya Covid.
Kedua hal tersebut akhirnya disikapi Mas Menteri Nadiem Makarim dengan peluncuran serangkaian program "#Merdeka Belajar '. Salah satu program Merdeka Belajar tersebut adalah hadirnya Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka mencoba menentukan jalan keluar dari problem pendidikan saat ini. Kenapa? Pertama, Kurikulum Merdeka terlihat lebih fokus pada pembelajaran materi esensial. Guru-guru menjadi tidak terburu-buru untuk segera menyelesaikan materi yang berakibat pada kekurangpahaman siswa terhadap materi. Bagaimanapun juga kemampuan siswa memang tidak sama.
Kedua, Kurikulum Merdeka juga memberikan jam khusus untuk pengembangan karakter peserta didik. Â Selama pembelajaran hanya fokus pada pembelajaran materi yang begitu banyak, sehingga pengembangan karakter kurang terkembangkan, jika tidak boleh dikatakan terabaikan.
Melalui Profil Pelajar Pancasila yang memiliki jam khusus, karakter peserta didik dikembangkan secara maksimal. Peserta didik bukan hanya dicekoki materi tentang karakter. Peserta didik sudah diajak menukik lebih jauh ke penerjunan diri langsung.