Pertempuran pertama di partai semifinal harus menang. Tak ada pilihan lain. Jika tidak, akan berat perjalanan berikutnya.Â
Harapan kemenangan memang sangat besar. Dan memang wajar, karena pertempuran pertama dilakukan di kandang sendiri.Â
Permainan di kandang sendiri tentu banyak memiliki kelebihan. Antara lain, dukungan penonton yang tak bisa diragukan lagi. Fanatisme pendukung kesebelasan kita bahkan terkadang terlalu fanatik. Semoga kejadian yang dialami kesebelasan Thailand tak terjadi lagi kepada kesebelasan Vietnam. Para pendukung juga harus beretika, baik ketika di lapangan maupun di luar lapangan.Â
Dalam partai semifinal ini akan dilakukan dua kali pertandingan. Di kandang sendiri dan di kandang lawan. Ketika menang di kandang sendiri, apalagi dengan jumlah gol yang banyak, akan membuat kepercayaan diri bertambah saat berjumpa di kandang lawan.Â
Pertempuran di kandang lawan jelas bukan pertempuran antara sebelas pemain kita dengan sebelas pemain mereka. Tapi ada ribuan pendukung mereka yang harus ditundukkan. Bukan pekerjaan mudah, tapi harus dilakukan dengan bekerja keras.Â
Mencapai semifinal adalah hasil kerja keras. Hanya saja, perbaikan harus tetap dilakukan. Masih ada kelemahan yang harus segera diperbaiki. Misalnya saja tentang kerja sama. Bola bukankah pertunjukan individual. Bola adalah olahraga kerja sama.Â
Messi tak mungkin bisa mengantarkan Argentina menjadi juara tanpa kerja sama yang bail dengan sepuluh temannya dalam satu tim. Tak ada Bintang sendirian di lapangan.Â
Nanti sore akan menggelegar Senayan oleh kecerdikan pemain pemain bola kita. Semoga dapat menundukkan Vietnam dan berlaga di partai final.Â
Kalaupun belum ikut pildun di Qatar, paling tidak kita sudah menjadi jawaranya Asia Tenggara. Pasti bisa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H