Bagaimana pun juga ternyata bayang bayang Jokowi-Ahok masih bisa kita lacak pada jejak Heru. Seperti semboyan "kerja, kerja, kerja" yang dulu digaungkan Jokowi, kini bergaung kembali di Balaikota.Â
Bahkan model pengaduan di Balaikota pun dihidupkan kembali. Sebetulnya, pengaduan pada masa Ahok menjadi begitu digandrungi warga karena sikap Ahok yang sangat responsif. Jika mengandalkan meja di Balaikota tanpa disertai respon cepat maka akan menjadi simbolik percuma.Â
Koordinasi dengan PUPR pun langsung dikerjakan. Seakan Heru menyadari banget bahwa dua setengah tahun bukan waktu yang panjang untuk sekadar bersender sebentar.Â
Lurah dan camat juga sudah dikumpulkan. Mungkin sebentar lagi para kepala sekolah. Juga kepala kepala dinas. Karena tanpa gerak cepat seperti ini, mafia Balaikota akan bisa memasungnya.Â
Laporan masyarakat yang langsung ditanggapi pada masa Ahok adalah senjata paling mematikan bagi para mafioso. Tak bisa berkutik sama sekali. Bahkan kita akan diperhatikan betul jika mengajukan keperluan ke dinas dinas, karena khawatir kelakuan jeleknya nyampe di meja Ahok.Â
Persoalan anggaran adalah persoalan paling sensi di Jakarta. Tanpa orang kuat dan gila, para pemain anggaran bergerak leluasa. Laporan masyarakat akan menjadi monster bagi mereka.Â
Jika Heru mampu membuat birokrasi di Jakarta bekerja dengan benar, maka hal demikian bisa mengubur jejak Anies yang digaungkan para loyalisnya.Â
Banjir mungkin akan kembali dikelola sebagaimana Jokowi Ahok mengelola nya. Banyak hal belum selesai. Jika dikerjakan dengan baik dan bantuan PUPR, maka bukan mustahil Jakarta akan sepi dari banjir.Â
Mungkin juga Heru diutus untuk semua itu. Mungkin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H