Wadas adalah cermin pembangunan yang kehilangan kemanusiaan nya. Â Wadas adalah cermin kecongkakan kekuasan. Semua sudah dibuatkan arahnya oleh penguasa. Rakyat tak boleh bersikap kecuali manut dengan garis yang sudah ditetapkan.Â
Padahal, hanya dengan dialog yang berimbang kemanusiaan disajikan dalam sebuah kehidupan. Kalau yang muncul adalah kecongkakan senjata dan kekuasaan, maka kemanusiaan telah dikubur dalam dalam.Â
Gus Dur sudah wafat (Allahyarham). Tapi politik kemanusiaan yang digagasnya sudah terlanjur beranak pinak. Â Di antaranya dengan anak-anak muda dalam Gusdurian. Â Mereka mencoba mewakili Gus Dur untuk tetap menjaga kemanusiaan di mana pun bumi di pijak.Â
Suara PBNU pun sudah jelas jejak Gus Dur di situ. Â Bukan sebuah upaya melawan negara. Karena kita harus cermat membedakan antara negara dengan kecerobohan perangkat pelaksananya.Â
Siapa pun akan dibela. Siapa pun akan didampingi. Bukan hanya yang kontra di wadas tapi juga yang pro di wadas. Tak ada musuh Gus Dur kecuali prilaku yang menghujam kemanusiaan.Â
Semoga kemanusiaan sebagai perjuangan akan mampu mengembalikan kemanusiaan kita semua. Tak boleh lagi ada air mata menetes. Tak boleh lagi ada darah bercecer. Tak boleh lagi ada perulangan Kedung Ombo, Wadas atau lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H