Anggi berdiri gemetar karena tiba-tiba saja berdiri seorang laki-laki bertubuh tegap di hadapan nya. Beberapa detik Anggi berhenti bernafas.Â
Kejadian itu sudah berlalu dua tahun, tetapi Anggi masih mengingat peristiwa itu dengan jelas. Seperti sebuah peristiwa yang terjadi kemarin sore.Â
"Kamu sudah sarapan? " tanya Riona, Mama Anggi mengingatkan Anggi yang memiliki kebiasaan buruk malas sarapan. Kecuali dipaksa hingga Anggi tidak lagi bisa berkutik kecuali melakukan rutinitas membosankan itu.Â
Anggi hanya mengangguk sambil menyambar tasnya. "Berangkat dulu, Ma. "
"Hati-hati. Jangan lupa mampir ke dokter Ridwan. Mama sudah meneleponnya semalam. "
"Kenapa harus ke dokter lagi, Ma? "
"Lakukan saja, sayang. "
 Berarti nanti tidak bisa lagi pergi bersama Nola. Berarti kehilangan lagi momen yang sudah direncanakan minggu lalu itu. Nola pasti akan marah. Kecuali Anggi menyampaikan alasannya kenapa dia membatalkan acara itu.Â
"Kamu sudah dua kali membatalkannya, Nggi! " pasti Anggi harus menghadapi protes perempuan setengah dewa itu. Tak apa. Semua pasti ada jalan keluar nya. Setiap rumah pasti memiliki pintu, toh?Â