Jabatan politik paling tinggi tentulah presiden. Sehingga, tak cukup kalau cuma sampai kursi Menteri belaka. Harus sampai puncak.Â
Karena yang menginginkan kursi paling tinggi itu banyak, berarti harus bersaing. Mau tak mau, bisa tak bisa.Â
Bicara persaingan, inilah persoalan banyak muncul. Kadang serasa tidak adil kalau lihat anak muda langsung duduk sebagai calon presiden tanpa harus kerja keras. Hanya karena dia keturunan seseorang yang berkuasa.Â
Untung yang menentukan bukan lagi suara elite di Senayan. Rakyat yang menentukan. Sehingga agak sulit untuk main pat gulipat dengan kekuasaannya.Â
Jokowi dapat menjadi contoh nyata. Orang yang tadinya bukan siapa-siapa itu, mampu menembus aras Jakarta. Memaksa, sekali lagi memaksa Jakarta untuk memilih nya. Walaupun mungkin banyak yang tak suka.Â
Pertama tama untuk terpilih menjadi presiden katanya harus terkenal dulu. Jika tidak terkenal, maka tak sayang, atau tak mau milih. Maka, wajar jika banyak orang berburu terkenal atau agar dikenali.Â
Ada yang bikin baliho panjang sepanjang jalan yang ada. Ada pula yang munculin mukanya di mesin ATM. Ada juga yang pura-pura nanam padi walaupun sedang hujan lebat.Â
Jadi ingat perkataan seorang aktor dalam sebuah film ketika didebat seseorang. Dia katakan, "Presiden memang dipilih untuk berbohong dan karena kebohongan nya. Kalau mereka jujur, tak mungkin bakal terpilih menjadi presiden. "
Kadang bener juga. Politikus itu sama dengan tukang bohong. Lima tahun kita dibohongi dan siap untuk dibohongi lagi lima tahun berikutnya.Â