Pada awalnya, kamu cuma mengeluh kalau perutmu terasa panas. Lalu, aku bilang, cukup oleskan minyak kayu putih.Â
Kamu sudah mengoleskan minyak kayu putih. Bahkan katamu sudah berkali-kali. Tapi rasa panas di perutmu tidak kunjung reda, bahkan menjadi jadi.Â
Jarum jam berdetak cukup kencang. Karena tak ada suara lainnya yang mampu menenggelamkan detaknya.Â
"Masih panas? " tanyaku setengah terpejam.Â
Kamu cuma meringis. Seperti menahan sakit yang semakin tak terkira.Â
"Nanti juga akan sembuh sendiri, " kataku meneruskan kantuk mata yang masih berat.Â
Itulah kesalahan terbesar dalam hidupku. Itulah kesalahan yang paling aku sesali selama nyawa masih dikandung badan.Â
Karena ketika azan Subuh berkumandang, aku terbangun dengan mata nanar melihat kamu yang sudah tak bisa berkata apa apa lagi. Kamu sudah pergi.Â
Aku teringat ibu. Ia juga pergi sebelum Subuh. Kata orang, ibu dibunuh orang. Entahlah. Kata orang, waktu paling sering dipergunakan untuk mengirim santet adalah sebelum Subuh.Â
Badan akan mendadak panas. Tapi tidak ada yang tahu penyebab nya.Â