Setiap hari Sabtu, Kamdi selalu bangun kalah dari matahari. Â Biasanya jam sembilan baru merasakan bahwa waktu bangun sudah tiba.Â
"Tak ada kopi hari ini, " gumam Kamdi.Â
Semakin malas rasanya untuk bangun. Tidur seakan dapat melupakan segalanya. Segalanya. Termasuk kamu.Â
Biasanya kamu yang membuatkan kopi untuk Kamdi kan?Â
Kamu memang hebat. Kamu tetap setia pada laki-laki yang tak punya hati itu. Sampai kemudian kamu sepertinya menyadari. Harus ada terapi.Â
Semalam dia pulang juga mabok. Ketika membuka pintu, ia mulai merasakan jika kamu sudah tak ada. Karena di meja makan tak ada apa-apa.Â
Kamdi duduk.Â
Sendirian di rumah tak enak juga. Barulah dia tahu apa yang kamu alami selama ini. Duduk sendiri bersama malam yang kadang menurunkan hujan.Â
Aku memang tak bisa punya anak. Waktu itu kamu bilang begitu. Maksud kamu tentu ingin jujur. Tapi, laki-laki itu marah. Dan menyuruhmu periksa sekali lagi.Â