Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mau Tak Mau, Taliban Harus Inklusif

14 September 2021   17:45 Diperbarui: 14 September 2021   18:49 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taliban pasti sudah belajar dari pengalaman memegang kekuasaan di Afganistan sebelumnya. Jika sebelumnya tampak tak peduli dan terlalu percaya diri bisa hidup dengan maunya. Mungkin ke depan sudah harus berubah jika ingin menjadikan Afganistan lebih baik. 

Bagaimana pun juga, sebagai warga dunia Afganistan harus mau bergaul dengan lebih baik. Tak ada satu negara pun yang bisa hidup sendirian. Dengan kekuatan sendiri sebesar apa pun. Justru kemampuan mrngelola hubungan hubungan itulah yang membuat suatu negara bisa berdaya. 

Beberapa waktu lalu, sempat terlontar pernyataan bahwa Taliban sudah berubah. Akan tetapi, negara negara lain tak mungkin percaya hanya pada pernyataan. Negara negara lain pasti akan menunggu apa yang dilakukan setelah sebuah pernyataan disampaikan. 

Kabinet baru yang sudah terbentuk masih sangat mengecewakan. Terutama pada sikap Taliban terhadap perempuan. Selama ini, dunia berharap ada perubahan sikap Taliban terhadap perempuan. Dan perubahan sikap itu dinanti pada keberadaan seorang perempuan dalam pengelolaan publik. 

Pertempuran kepentingan dalam Taliban pasti sedang terjadi pula. Karena Taliban sendiri bukan sesuatu yang tunggal. Banyak juga faksi dalam Taliban. 

Faksi faksi dalam Taliban tidak terlihat pertempuran ketika mereka belum berkuasa. Hal demikian terjadi jika ada sesuatu yang memang layak diperebutkan. Misalnya saja kekuasaan yang sekarang sudah didapatkan nya. 

Baru baru ini tersiar kabar bahwa salah satu wakil Perdana Menteri tewas ditembak. Walaupun sudah dibantah dengan suara oleh orang bersangkutan, tapi banyak yang membaca bahwa pertempuran di dalam Taliban sedang terjadi. Bahkan pertempuran itu lebih sengit daripada apa yang bisa kita lihat dan dengar. 

Taliban sedang diuji keluar dan ke dalam. Keluar berarti penantian dunia akan perubahan dalam Taliban. Ke dalam berarti mampu membagi kekuasaan sehingga soliditas tetap terjaga dengan baik. 

Semoga saja, Taliban bisa lolos keluar dan lolos di dalam. Dengan demikian, rakyat Afganistan bisa merasakan hidup yang lebih baik. Tanpa kehidupan yang lebih baik, gejolak kemungkinan akan terus terjadi. Rakyat jugalah yang akan menderita. 

Ya, Taliban mau tak mau harus hidup inklusif di tengah keterbukaan yang tak mungkin dikekang nya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun