Sebetulnya ini cerita Abu Nawas, tapi sama Kamdi diakui sebagai ceritanya sendiri. Biarin saja, ya?Â
Pagi-pagi, sebelum matahari bersinar dengan baik dan benar, Orang-orang kampungnya Kamdi udah pada duduk duduk di Warkop (kejadian ini terjadi sebelum korona ya). Dan Kamdi juga pagi itu sudah ikutan nongkrong.Â
Peci Kamdi memang agak beda. Warnanya merah. Dan peci merah itu itu cukup lama nongkrong di atas kepala Kamdi. Sebagai buktinya adalah bau peci yang sudah tak bisa dibedakan dengan bau pemakainya.Â
Entah kenapa mendadak Kamdi bangun dari tempat duduknya. Kemudian dia lihat ke dalam peci merahnya. Setelah itu, Kamdi tertawa bahagia. Bahagia sekali. Lebih bahagia dibandingkan saat Yu Saroh menggratiskan satu gelas kopi untuk nya.Â
Orang orang yang sedang pada ngopi pun heran. Saling pandang dalam ketidak mengertian yang begitu nyata.Â
"Apa Kamdi? " tanya Makmun.Â
"Terlihat surga dalam peciku. Memang luar biasa. Ada bidadarinya pula, " jawab Kamdi.Â
"Masa? " kata Makmun berdiri menuju Kamdi.Â
"Maaf, tapi hanya orang beriman saja yang bisa melihatnya, " kata Kamdi.Â
"Coba dulu, " desak Makmun.Â
"Bagaimana? "
"Iya, benar. Indah sekali. Bidadari nya cantik cantik juga, " kata Makmun.Â
"Berarti kamu orang beriman, Makmun. "
Beberapa orang yang sedang ngopi pagi itu pun bergantian mengintip peci Kamdi. Sebagian bilang melihat Sorga dan sebagian bilang tidak melihat apa-apa.Â
Kampung itu geger. Penduduk nya terbelah. Sebagian yang melihat Sorga di topi Kamdi merasa lebih beriman daripada orang yang tidak melihat sorga.Â
Sehingga pak Lurah pun terpaksa turun tangan.Â
"Bagaimana, Pak Lurah? " tanya orang-orang yang sudah menunggu dari tadi.Â
Pak Lurah sendiri bingung. Karena orang-orang yang mengatakan melihat sorga di peci Kamdi adalah para pendukungnya yang paling militan sehingga dia mampu mengalahkan saingannya.Â
Kalau bilang tidak melihat, para pendukung nya pasti kecewa.Â
"Iya. Saya melihatnya. Indah. Bidadari nya juga cantik cantik. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H