Dari rumah menuju busway harus naik angkot dulu. Jika naik angkot, saya selalu naik di depan. Di sebelah sopir. Dengan duduk di sebelah sopir, dompet lebih terjamin keamanannya.Â
Sebelum ada busway, dulu sering naik mikrolet 01 jurusan Kampung Melayu - Senen. Selain, berupaya naik di bangku depan sopir, saya juga berupaya naik di bangku tepat di belakang sopir. Kenapa? Tujuannya karena posisi dompet akan berada  berdempetan dengan bangku sopir. Aman dong.Â
Nah, bagaimana jika naik bus kota?Â
Kalau naik bus kota, metromini, atau kopaja, saya akan memilih tempat duduk di sebelah kanan pinggir. Ada di dekat jendela. Lagi lagi agar posisi dompet mepet dinding. Aman.Â
Sulit memang untuk mencurigai seseorang sebagai copet. Tak ada ciri khusus. Paling cuma dari gerak gerik saja. Kalau ada orang yang gerak gerik tidak normal, kemungkinan dialah copet itu.Â
Kalau naik bus, saya tidak mau diam di satu tempat. Dalam beberapa waktu selalu bergerak dikit. Jika ada yang mengikuti gerak kita, berarti dia mencurigakan.Â
Copet tidak pernah sendirian. Maka, harus berhati-hati jika ingin melawan mereka. Jika kita berteriak sembarangan maka akan diteriaki balik oleh mereka beramai-ramai. Maka, tuduhan bisa berbalik. Ketika kita dalam satu bus tak saling kenal, gerombolan copet cukup berbahaya.Â
Kadang saya harus mengalah. Turun walaupun belum sampai tujuan. Kalau ada pak polisi bisa melaporkan nya, tapi terus terang, saya sendiri belum pernah melakukan hal ini.Â
Begitulah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H