Puasa itu sesuatu yang biasa saja jika dimaknai cuma menahan lapar dan haus. Akan tetapi, puasa menjadi begitu bermakna jika kita terapkan nilai nilainya justru setelah lebaran usai.Â
Belum. Belum mencapai kemenangan kalau berhenti saat takbir berkumandang. Justru pada saat takbir mulai dikumandangkan itulah puasa baru mulai menemukan maknanya. Apakah puasa cuma sekedar lapar dan haus belaka atau lebih jauh dari itu.Â
Jika Tuhan tak mewajibkan puasa pun, manusia akan berpuasa karena secara ilmiah puasa itu sangat bermanfaat bagi kehidupan orang yang melaksanakan nya. Semua agama mewajibkan puasa. Â Tak ada yang tidak. Bahkan orang ateis pun kadang berpuasa. Tentu dalam modelnya tersendiri.Â
Nilai puasa adalah nilai sosial seorang manusia. Â Berpuasa akan menyadarkan soim atau orang yang berpuasa bahwa ada hal lain di luar dunianya. Hidup bukan sekadar makan dan minum belaka. Apalagi jika hanya dimaknai dengan perjalanan dari satu nafsu yang satu ke nafsu yang lainnya.Â
Kadang kita sudah melupakan apa makna puasa bersamaan dengan suara takbir di masjid masjid. Lalu, kehidupan kembali menjadi seperti biasa lagi. Hingga kemudian bertemu dengan puasa di tahun depan.
Lebaran sudah melewati kehidupan kita. Entah sudah yang ke berapa?Â
Dan seperti nya, sampai hari ini kita masih terus terjebak pada makna kemenangan lebaran. Sehingga kita lupa bahwa nafsu akan terus mencoba memperbudak kita.Â
Mudah mudahan untuk lebaran tahun ini, kita tak lagi terjebak pada keyakinan diri bahwa kemenangan telah kita dapat kan. Perjuangan justru semakin diperlukan.Â
Sudahkah kita siap untuk lebih baik lagi?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H