Tak pernah sampai halaman terakhir setiap kali aku berusaha membaca wajahmu
Dan hari berikutnya kamu sudah menulis halaman baru untuk aku baca kembali dengan teliti
Kamu tak pernah ragu menuliskan kesedihan dan keraguan
Kemudian mendadak menuliskan senyum yang paling panjang huruf hurufnya
Ada sehelai daun yang tumbuh di bibirmu pagi ini, anakku
Kau panggil aku ibu, dengan suara yang jalannya terlunta-lunta
Sepotong sayap mulai tumbuh dan suatu saat nanti akan patah
Aku akan terus membaca wajahmu detik demi detik yang mungkin masih tersisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H