Setiap sore aku lihat berjalan menuju laut. Ya, setiap sore. Meskipun sore datang bersama gerimis, laki-laki itu tetap saja kulihat berjalan menuju laut. Bahkan, aku pernah memergoki laki-laki itu berjalan ke laut saat sore sedang bertarung melawan hujan deras yang disertai petir.Â
Penasaran juga, apa yang dilakukan laki-laki itu di laut. Aku pernah mengintip nya dari kejauhan.Â
Ternyata dia sampai di laut kemudian mencelupkan kakinya ke air laut. Mulutnya seakan sedang memanjatkan doa doa. Kemudian tangan laki-laki itu mengambil air laut sebanyak yang bisa diambilnya dengan tangan kosong. Kembali mulutnya komat kamit, kemudian mengusapkan air di telapak tangan nya ke muka sendiri.Â
Cukup lama, ia berdiri mematung. Aku pikir akan seperti itu terus, sehingga aku pun beranjak pergi. Tapi laki-laki itu bergerak sehingga aku urungkan niat pergi.Â
Laki-laki itu ternyata membawa tas kecil. Sepintas tak akan terlihat. Aku sendiri baru tahu kalau laki-laki itu membawa tas justru ketika laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam tas.Â
Kemudian dipasang ditelinga. Sepertinya headset yang sudah dihubungkan ke HP.Â
Laki-laki itu duduk di pantai sambil mendengarkan musik dari HP nya. Sampai matahari menghilang dari cakrawala laki-laki itu hanya duduk sambil memandang ke arah laut. Sementara di laut tak ada apa apa.Â
Dua kali aku mengintip laki-laki itu. Pas ngintip untuk yang kedua kalinya, laki-laki itu tetap melakukan hal sama. Dengan urutan urutan yang sama persis. Pulang juga pada waktu yang sama persis.Â
"Anaknya Samiun, " kata Wak Kudil ketika aku tanyakan tentang laki-laki yang suka ke laut di sore hari.Â