Kalau kamu pengen cari istri yang baik, itu persoalan mudah. Di negeri ini terlalu banyak cewek cewek yang baik dan siap untuk menjalin keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.Â
Tapi kalau kamu pengin cari mertua yang baik, itu yang sulitnya minta ampun. Â Makanya, jangan heran kalau banyak Kompasianer yang bisa bertahan dalam dunia perjomloan begitu lama. Inilah problem dasarnya.Â
Di masyarakat kita, pernikahan itu bukan antara dua individu yang sedang dilanda kisah kasih mengharu biru. Pernikahan di negeri ini adalah penyatuan dia keluarga besar.Â
Dan dari keluarga besar itu, yang paling deket tentunya adalah mertua. Kadang anak sama anak sudah begitu cocok, sangat cocok, akan tetapi calon mertua begitu terlibat.Â
Dan mertua juga orang tua kita. Mau gak mau harus dihormati sepenuh hati. Kalau masih takut masuk neraka yang penuh dengan api yang  menyala nyala. Karena, melawan orangtua hanya satu balasannya: Neraka Jahannam.Â
Dan kita tidak menikah dengan mertua tentunya kan?Â
Tapi ketika kita sudah cocok dengan anaknya, bagaimana mungkin kita tinggalkan gara-gara calon mertua yang bawel segala macam disertakan.Â
Bagi seorang perempuan juga sama. Bahkan lebih pelik. Karena selama ini cerita cerita horor juga selalu bercerita tentang hubungan persaingan antara menantu mertua.Â
Oleh karena itu, mungkin perjalanan cinta ke depan harus diubah. Semua jomlowan maupun jomlowati harus mengenal mertua terlebih dahulu sebelum mengenal anaknya.Â
Seru juga tuh!Â
Tapi, kita kan kawin sama anaknya. Mau hidup serumah dan sekasut dengan anaknya. Masa yang dicocokin malah mertuanya?Â