Ah, Moeldoko cuma main-main, kenapa ditanggapi begitu serius?Â
Pertempuran bukan antara seorang Mayor dengan seorang Jenderal. Pertempuran sebenarnya tentu antara dua jenderal. Jenderal Moeldoko dengan Jenderal SBY. AHY bagaimana? Semua orang toh bisa melihatnya sendiri.Â
Dari segi apa pun dan mana pun, SBY lebih unggul segala-galanya dari Moeldoko. Jadi, tak mungkin dilakukan perlawanan itu jika dihitung dengan baik dan teliti.Â
Sehingga, tak salah jika Moeldoko cuma sedang main main. Tentunya bukan permainan biasa. Ini permainan penuh resiko.Â
Para pendiri yang ikut dalam gerbong Moeldoko seperti Allen dan Sopacua juga kesannya mau nyentil SBY yang terlalu mendominasi Demokrat. Seolah-olah Demokrat sudah milik keluarga Cikeas. Sehingga anaknya yang baru berusia seumur jagung di politik langsung menjadi pemilik kursi puncak.Â
Mereka yang besar di Demokrat tentu masih sayang kepada Demokrat. Anas Urbaningrum saja masih mau berkorban agar Demokrat tidak terbelah ketika dirinya merasa dikorbankan. Â Jadi, orang yang sudah berdarah darah di Demokrat tentu akan tercabik cabik hatinya ketika Demokrat berantakan.Â
AHY santai saja. Kalem. Susun strategi. Uji kemampuan mu yang sebenarnya di sini. Kemampuan mu melewati semua ini akan melambungkan namamu.Â
Pemerintah sendiri melalui Mahfud MD sudah menyampaikan posisinya. Yang ada di pemerintah cuma Demokrat AHY. Jangan malah dibikin keruh dengan permohonan yang tak pada tempatnya atau tuduhan yang tak jelas juntrungannya.Â
Melihat posisi yang seperti itu, Moeldoko pada akhirnya akan kalah. Dari aspek mana pun tak bisa dipaksakan kemenangannya. Walaupun ada yang bilang tentang tangan tangan kuat di balik Moeldoko.Â
Tinggal Demokrat saja harus memperbaiki diri. Rangkul kembali mereka yang tercecer. Perbedaan tak usah dijadikan alasan untuk menyingkirkan. Kemampuan merangkul ini yang harus diwariskan SBY kepada dua anaknya yang sekarang menentukan di Demokrat. Karena tak mungkin sang bapak terus terusan menjadi pelindung mereka.Â