"Jangan."
"Kenapa?"
"Mungkin dia sedang menuju seekor kupu lainnya."
Banyak cerita di antara kami. Tak ada habis habisnya. Seakan begitu terburu saling menerkam.
"Kamu tahu, kita sudah bertemu untuk ke berapa?"
"Ketiga."
"Keempat."
"Ada yang bertemu lewat mimpi."
"Tidak masuk hitungan."
Pada saat itu, wajahnya begitu dekat ke wajahku. Ketika dia menengok ke kanan, wajahnya tepat ada di depan wajahku. Dan tarikan itu begitu kuatnya. Sehingga kami tak mungkin mundur.
Cukup lama kami bergumul dalam ciuman paling panas. Ya, perasaan Andika tidak pernah memberikan ciuman sepanas itu. Belum pernah.