Rakyat negeri ini kan banyak yang sekolah kalang kabut. Cara berpikir cuma bisa yang sederhana sederhana saja. Pokoknya hidup ini menjadi begitu praktis. Tidak mbulet mbulet.Â
Tentu cara berpikir sederhana ini bukan masalah. Hidup sederhana dengan pola pikir sederhana kan jadinya nyambung.Â
Asal ada beras untuk dimasak besok, hati rakyat di negeri ini sudah lega. Lauk tinggal beli tempe yang ada setiap saat. Â
Untung jika bisa beli tembakau. Biar bisa merasakan kenikmatan nya. Kalau kopi sekali sekali saja. Karena kopi rakyat bukan beli, cukup mengambil dari dua atau tiga pohon yang tumbuh sendiri di pekarangan.Â
Lalu kalian yang pinter pinter kami jadikan pemimpin di negeri ini. Kalian harus bisa berpikir lebih. Mau lebih canggih atau malah lebih ruwet silakan saja. Yang penting urusan negeri ini bisa kalian urus dengan baik.
Toh di kampung, urusan paling banter rakyat dengan pemerintah ya melalui pak lurah. Kadang kalau urus KTP. Kartu kecil yang bertahun-tahun tak pernah dipakai apa apa. Kadang-kadang cuma dipakai lima tahun sekali saat petugas pemerintah datang mendata rakyat untuk kegiatan yang sering disebut pesta demokrasi.Â
Kabarnya ada Undang undang yang lagi ngetren saat ini. UU ITE. Â Kok hidup jadi mbulet mbulet gara gara UU tersebut. Ada yang ngadu. Terus dibales dingaduin lagi.Â
Katanya kalau ngeluh pun bisa masuk bui. Padahal, rakyat sering cuma pengin mengeluhkan hidupnya sama kalian yang punya kekuasan. Ngeluh doang. Bukan melenguh ya. Beda kan mengeluh sama melenguh?Â
Sering kami prihatin kalo irigasi kampung kami tak lancar. Ya, kami mengeluh. Soalnya, Pak Lurah lebih seneng beli konblok buat jalanan. Biar jalanan enak.Â
Lho petani kan butuhnya pengairan bukan jalan mulus?Â