Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Mudah Memaki yang Berbeda

19 Februari 2021   17:35 Diperbarui: 19 Februari 2021   17:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ada seorang tokoh Syiah meninggal, ada orang orang yang mengaku beragama tetapi memaki dengan kata kata tak pantas. Sehingga, sebagai seorang manusia biasa, saya pun mengurut dada. Sudah sebegitu parahkah warganegara negeri ini dalam beretika terhadap orang yang berbeda? 

Tuhan tak pernah menjadikan manusia sebagai satu saja. Tuhan menciptakan manusia memang berbeda beda. Dan tujuannya agar saling mengenal. 

Bangsa ini juga sangat berbeda sejak dari kelahiran nya. Bukan petaka, perbedaan itu justru harus disyukuri sebagai karunia. Karunia yang tak ada bandingnya. Harus kita jaga selamanya. 

Memang, perbedaan dalam persoalan agama sering menumpahkan darah. Dan persoalan bukan hanya urusan di dunia, tetapi sudah sampai ke urusan di akhirat nanti. Sehingga, pemahaman yang salah dapat sangat mematikan. 

Hanya saja, semua perbedaan sangat membutuhkan jiwa besar untuk menerimanya.  Perbedaan dapat memunculkan berbagai prasangka yang kadang justru tak berdasar. 

Kebenaran akhirnya hanya berkubang di sekitar kelompoknya. Kebenaran kelompok lain tak ada. Hal yang demikian semakin berbahaya. Bahkan sangat berbahaya. 

Kondisi perbedaan ini semakin sulit untuk dipertemukan dalam saling penghormatan ketika berada di dunia maya. Orang tidak saling kenal. Bahkan terkadang memang sengaja disamarkan melalui akun akun palsu. 

Mungkin, jika dua orang itu bertemu, saling sapa, kejadian lontaran kata kata kotor tak mungkin terjadi. Bagaimana pun perjumpaan fisik akan membuat kemanusiaan seseorang hadir. 

Berbeda jika perjumpaan itu terjadi di dunia maya. Seolah olah setiap orang kehilangan dirinya sendiri. Orang orang yang tidak beretika di dunia maya, terkadang justru orang paling beretika di dunia nyata. Dunia maya telah menjadikan dia manusia tanpa bentuk. 

Oleh karena itu, kecerdasan literasi memang harus terus ditumbuhkan. Bisa jadi karena orang orang itu baru masuk ke dunia baru. Ada gegar budaya. Sehingga tak bisa masuk dunia baru dengan kepribadian yang asli atau sesungguhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun