Dengar. Aku dengar gunjingan itu. Tapi, apakah aku harus peduli? Untuk apa? Untuk memuaskan mereka?Â
Tidak. Aku bukan orang seperti itu. Jalanku, akulah yang menentukan. Bukan orang lain. Apalagi kalo karena cuma takut digosipin. Aku laki-laki sejati.Â
Sudah lima bulan aku pisah ranjang. Iya. Hanya kebetulan saja tinggal satu rumah. Kami seperti dua makhluk asing yang harus bertemu di sebuah planet asing.Â
Tak ada kata kata.Â
Dan kehadiran Diana bukan penyebab semua itu. Kehadiran Diana memang sebuah jalan keluar dari komunikasi kami yang sudah tak bisa bertemu. Jalan sudah bersimpangan.Â
"Istrimu cantik, Mam. "
"Apakah cinta hadir karena kecantikan? "
"Banyak orang ingin memiliki. "
"Biarlah."
Aku tak bisa putar balik. Apalagi jalanan yang aku ambil sempit. Jadi, hanya ada pilihan: lurus atau jurang. Tak mungkin aku memilih jurang. Otakku masih komplit. Belum pindah ke dengkul.Â