Melihat seliweran berita akhir akhir ini, rasanya memprihatinkan sekali. Terutama berita berita tentang orang yang pernah memimpin negeri ini selama sepuluh tahun. Orang yang sudah seharusnya dihormati. Walaupun ada perbedaan politik yang tajam sekali pun. Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang mampu menghargai para pemimpin nya.Â
SBY membangun Museum di kampung halamannya. Tak ada masalah apa apa. Bahkan hal tersebut bisa menjadi salah satu jalan menelusuri sejarah bangsa ini di masa depan. Â Kita semua memang harus mendukung gagasannya itu.Â
Dalam pemberitaan berikutnya, Pemda Jawa Timur memberikan bantuan sebesar 9 milyar. Uang bantuan itu masih ada di Pemda Pacitan. Belum dicairkan karena masalah administrasi.Â
Bantuan itu tidak pernah dimintakan oleh SBY. Kenapa berita berita terakhir menyerang SBY, seolah olah SBY yang meminta bantuan itu untuk kepentingan Museum pribadinya?Â
Okelah. Beberapa hari ini memang ada persoalan antara AHY dengan orang orang yang diduga olehnya akan menggusur dari kursi ketum Partai Demokrat. Tapi kenapa serangan kepada AHY kemudian mampir juga ke SBY?Â
Bagaimana pun juga SBY adalah salah satu pemimpin negeri ini. Sepuluh tahun di bawah kepemimpinan nya. Pasti ada kurang lebihnya. Akan tetapi, sebaiknya kita simpan keduanya ketika beliau sudah selesai memimpin. Dan tetap dihargai sebagai seorang pemimpin.Â
Ada persoalan memang, ketika seorang pemimpin negeri masih mau cawe cawe partai politik setelah selesai memimpin negeri. Seharusnya sudah menjadi sebuah pembiasaan, setiap pemimpin partai yang naik menjadi pemimpin nasional harus melepaskan partainya.Â
Jika demikian, apalagi jika seseorang sudah selesai menjadi pemimpin negeri, maka harus duduk sebagai seorang negarawan yang jembar kalangane. Terlalu sempit kalau masuk partai lagi. Terlalu sempit kalo terlibat friksi friksi lagi.Â
Okelah. Mari kita junjung tinggi setiap mantan presiden dan wakil presiden negeri ini. Kita muliakan nama mereka. Jangan sampai ada yang menggunakan nya.Â