Entah di mana dirimu kini berada.Â
Ya, setiap kali aku mendengar lirik lagu itu, selalu saja perasaan teraduk aduk dan seakan kematian lebih mungkin sebagai jalan yang harus kutempuh untuk menyelesaikan segala kisah yang berujung duka ini.Â
"Aku pasti akan kembali, " katamu begitu meyakinkan.Â
Dan seperti di telan bumi, tak ada satu kabar pun kamu kirimkan. Ketika malam malam tanpa bintang, tahu kah kamu kalo aku duduk sendirian. Membayangkan ada kamu. Tapi selalu saja hanya sepi, sepi, dan sepi.Â
"Janji? " tanyaku yang selalu tak yakin dengan janji laki-laki.Â
Kamu menjawabnya dengan pelukan yang begitu erat. Seolah kau ingin mengatakan bahwa kembali kepadaku adalah kewajiban sejarah yang tak mungkin tumpah.Â
"Hmmm."
Dan lukisan malam itu masih begitu jelas. Dan pelukan itu masih begitu rekat.Â
"Sudahlah. Sudah ada Rio, " kata Yanti mencoba menghiburku yang seakan lupa cara berbahagia sejak kau pergi.Â
"Iya."