Mereka berdua masuk. Kemudian ada suara kuncian dari dalam.Â
Ketika ada lubang kecil dekat tempat aku berdiri aku coba mengintip ke dalam rumah. Dia laki-laki itu sedang duduk berhadapan. Hanya berdua. Sambil merokok.Â
Ada suara dari arah kamar. Benar seseorang muncul dari kamar. Pasti Yu Tinah karena terlihat perempuan.Â
Dua laki-laki itu lamgsung membekap mulut Yu Tinah. Yu Tinah meronta tapi kalah tenaga. Aku coba untuk mengenali wajah salah satu laki-laki itu. Agak samar karena lampu minyak itu cahaya nya kecil.Â
Yu Tinah di telentang kan di meja. Kemudian mereka bergantian melakukan kelakuan bejad mereka.Â
Ketika itulah, aku bisa mengenali salah sati laki-laki itu. Iya. Tak salah lagi. Itu wajah Pak Karto. Lurah di kampungku.Â
Aku segera pergi dari rumah Jahanam itu. Kemudian langsung pulang ketika uang sudah aku titipkan ke Wak Ijah, istri Wak Juraij.Â
Paginya seluruh kampung gempar. Yu Tinah meninggal mengenaskan.Â
Aku simpan cerita malam Jahanam itu hingga kini. Ketika ada Kompasiana, aku baru sempat menuliskan cerita itu. Sayang  pak Lurah nya juga sudah mati.Â
Catatan: hati hati kalau hujan malam ya. Kunci pintu rumahmu baik baik. Kejahatan juga karena adanya kesempatan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H